Menurutnya, kebijakan ini bisa menolong sebanyak enam belas juta petani kelapa sawit di seluruh Indonesia. Bahkan lebih dari enam puluh persen dari total tersebut, didominasi dari perkebunan rakyat.
“Negara benar-benar hadir untuk melindungi petani,” puji Sulaiman.
Sulaiman berharap banyak agar program ini diseriusi pemerintah dan Pertamina. Jika benar-benar beralih ke energi hijau, kata Sulaiman, Indonesia tak perlu lagi ditekan-tekan negara lain. Terutama jika harga minyak fosil dunia terus melonjak seperti sekarang ini.
Di Sulawesi Selatan, seluruh SPBU sudah memasarkan biosolar B30. Komponen B30, terdapat 30 persen minyak sawit yang dicampurkan energi fosil. Saat ini, Pertamina bersama Kementerian ESDM sedang meningkatkan kandungan minyak sawit menjadi 40 persen (B40).
Targetnya, proyek ini selesai pada Desember 2022 dan digunakan pada awal 2023 mendatang. Jangka panjangnya, Pertamina akan menerapkan 100 persen minyak sawit ke dalam solar.
Keuntungan dari biodiesel ini sudah dirasakan. Tahun lalu, negara menghemat devisa hingga 4,54 miliar dolar AS. Penerapan B30 juga menciptakan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani sawit. “Program B30 sangat berefek positif. Sementara road test B40 ditarget selesai bulan depan,” sebut Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo.
DPR RI sangat mendukung upaya Pertamina dan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) dalam mengenjot penggunaan bahan bakar nabati. Bahkan pimpinan Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengusulkan agar Pertamina memiliki lahan sawit sendiri agar bisa mengatur harga.