OLEH: Fadlyansyah Farid, Anggota Komunitas Dottoro Supporter Makassar
Sebelum memulai, tak lupa kita mengirimkan doa terbaik untuk teman kami sesama suporter yang menjadi korban di tragedi Kanjuruhan.
Terlepas dari tragedi yang merenggut nyawa ratusan orang, tontonan sepak bola baik di layar kaca maupun di stadion adalah tontonan rakyat yang membuat rasa persatuan tumbuh antara sesama supporter. Menonton pertandingan dirasakan sangat menarik tidak hanya hari ini, juga pada masa lalu. Kembali pada 150 tahun yang lalu, dikutip pada laman soccer ball world, sepak bola sudah menjadi tontonan para warga Inggris, hingga pada tahun 1863 peraturan secara hukum baru terbentuk. Jika ditilik lebih jauh, kelompok suporter baru ada pada 1950, dimana sekelompok pelajar memutuskan untuk memberi dukungan langsung pada klub sepak bola mereka yang bermarkas disalah satu kota Kroasia. Dari sinilah asal dukungan kelompok supporter yang berkembang pesat hingga saat ini.
Dalam satu klub bisa mempunyai kelompok suporter yang berbeda, baik berlatar belakang pelajar, profesi hingga kelompok di Tribun yang sama. Walaupun beragam, rasa cinta dan rasa memiliki terhadap klub yang mereka dukung menjadikan antar kelompok suporter bersatu semakin erat. Bagi saya yang awam tentang sepak bola, mendukung dan menjadi bagian dari kelompok suporter sangat menyenangkan, tidak hanya bertukar pikiran tentang dunia sepak bola, juga hingga melebarkan koneksi antar sesama suporter. Satu dua kali saya menikmati atmosfer keberaamaan saat menonton langsung di stadion, hal yang sangat menyenangkan pula saat meneriakkan yel-yel yang populer hingga bergemuruh seisi stadion.
Kita sering mendambakan permainan yang berkualitas ditampilkan oleh Klub kesayangan kita, namun bonus yang sering didapatkan adalah kreativitas dari para supporter. Banyak kelompok suporter meramaikan dengan yel-yel penyemangat tim tuan rumah ataupun yel-yel yang menjadikan mental tim tamu menjadi turun, hingga atraksi menarik dari para suporter, mulai dari mengibaskan syal hingga menampilkan koreografi bergambar yang dibuat semenarik mungkin.
Sebagai klub sepak bola, tidak ada yang membanggakan selain mempunyai suporter loyal yang terus mendukung, baik di laga kandang hingga ikut serta ke laga tandang. Suporter juga diidentikkan sebagai “pemain ke-12” sebagai pemantik rasa percaya diri para pemain yang akan berlaga, karena merasa ada yang mendukung dan memotivasi walaupun bukan keluarga ataupun kerabat, seakan pemain yang lagi berlaga dan suporter yang mendukung seperti sahabat yang sudah lama berkenalan.
Sering juga manajemen klub sepak bola menjadikan “suara” suporter sebagai referensi untuk mengganti pelatih, menjual, dan membeli pemain yang dianggap masukan itu sangat berguna demi menaikkan level klub kesayangan. Begitupun kepada manajemen, bukan tidak mungkin suporter memberikan kritik dengan kebijakan yang diambil oleh manajemen. Namun, walaupun performa tim selalu naik dan turun, antusiasme para kelompok suporter untuk mendukung tetap terjaga, terbukti saat kekalahan mereka tetap memberi dukungan moril untuk tim kesayangan, seperti kata-kata yang selalu tayang di media sosial “Jangan bersorak saat tim menang, jika tidak bisa mendukung saat tim kalah”. Banyak dari kelompok suporter juga mempunyai jargon atau slogan untuk memotivasi klub kesayangan mereka, seperti yang sangat populer di kota kita “EWAKO.. PSM!!!” hingga ke Eropa sana seperti “Forza Milan..” atau “YNWA” dan lainnya.
Belum lagi jika kita berbicara tentang pemasukan keuangan klub, dimana tidak hanya tiket masuk jika menonton sepak bola, juga jersey hingga pernak-pernik official yang bisa menjadi lumbung pemasukan tim. Di sinilah kenapa klub luar negeri sangat ingin menjangkau berbagai belahan dunia untuk menambah suporter, agar bisa mendapatkan pemasukan tambahan demi terus menjalankan misi mereka bertahan sebagai klub top di Liga mereka.
Suporter tidak hanya beraksi di dalam stadion, banyak kegiatan positif yang selalu diagendakan oleh para kelompok suporter, kita sering mendengar mereka sering membantu antara sesama suporter walaupun berbeda klub yang didukung. Juga untuk meningkatkan rasa kebersamaan antara suporter, sering kali mereka mengadakan turnamen sepak bola, futsal ataupun olah raga lainnya. Tak lupa berbagai kegiatan sosial selalu terdengar, seperti saat bulan Ramadan, mereka membagikan takjil hingga berbuka puasa bersama yang kurang mampu ataupun kegiatan sosial lain dalam rangka membantu antar sesama.
Di akhir tulisan ini, kita sama-sama berharap tetap bisa menonton klub kesayangan kita PSM Makassar berlaga di setiap pertandingan, maka dari itu semoga rasa kebersamaan dan kekeluargaan antara suporter bisa terus terjalin erat. Manajemen dan pemilik klub boleh berganti, pelatih dan pemain datang dan pergi, namun loyalitas mendukung klub kesayangan kita tak pernah pudar. Ewako PSM Makassar. (*)