FAJAR, JAKARTA-Pengembangan dan penggunaan energy bersih (green energy) membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Hingga tahun 2020, bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional baru mencapai setengah dari target 23 persen di tahun 2025.
Untuk memenuhi target tersebut, KALLA sebagai grup perusahaan yang telah melalui perjalanan panjang berkontribusi pada pembangunan dan ekonomi khususnya di wilayah timur, siap mendukung terwujudnya pemenfaatan energi hijau ramah lingkungan.
Demikian dikemukakan President Director KALLA, Solihin Jusuf Kalla, di acara Gala Dinner 70th KALLA di Jakarta, Jumat (28/10). Gala Dinner 70th KALLA bertema ‘Aktif Bersama Maju Bersama’ ini dihadiri lebih dari 500 tamu undangan, yang terdiri dari pejabat, mantan pejabat, mitra dan relasi perusahaan serta beberapa perwakilan asosiasi bisnis nasional. Dalam kesempatan itu Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, HM Jusuf Kalla hadir dan memberikan sambutan.
Solihin mengatakan, KALLA memiliki komitmen dalam pemenuhan Net Zero Emission pada 2060. Dukungan terhadap visi green energy telah direalisasikan melalui anak perusahaan KALLA, yaitu PT Poso Energy dan PT Malea Energy.
“Kami mendukung percepatan transisi energi dari energi fosil menuju green energy, agar terwujud kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, ketahanan iklim, dan kondisi rendah karbon, untuk bumi yang lebih baik,” ujarnya.
Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan energi baru terbarukan. Transisi energi menjadi salah satu dari tiga topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini, dan menjadi prioritas dalam pembangunan Indonesia di masa depan.
Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, pembangkit listrik berbahan bakar batubara masih mendominasi dari total kapasitas nasional, yaitu sebesar 50 persen. Pembangkit listrik berbahan bakar gas sekitar 28 persen. Sementara itu, bauran energi baru terbarukan pada tahun 2021 sebesar 11,7 persen.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri mewujudkan green energy. Upaya ini membutuhkan kerjasama banyak pihak, termasuk swasta yang bergerak di sektor energi.
“Melalui PT Poso Energy, KALLA membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Poso di Sulawesi Tengah, dan telah menghasilkan listrik sejak tahun 2012. PLTA Poso menjadi pembangkit energi baru terbarukan terbesar di Indonesia Timur dengan total kapasitas 515 MW,” jelasnya.
PLTA Poso memanfaatkan energi dari aliran air Danau Poso. Pembangkit listrik ini terhubung ke Provinsi Sulawesi Selatan dengan saluran transmisi 275 kV, dan tersambung ke Kota Palu, Sulawesi Tengah dengan saluran transmisi 150 kV.
PLTA Poso telah menyumbang sekitar 10,69 persen dari total bauran energi baru dan terbarukan ke sistem kelistrikan Sulawesi Selatan.
“PT Malea Energy juga mengembangkan PLTA Malea di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. PLTA Malea telah beroperasi sejak tahun 2021 dengan kapasitas 90 MW. Pengoperasian PLTA Poso dan PLTA Malea telah meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan di Pulau Sulawesi hingga 38,8 persen,” paparnya.
Saat ini, lanjutnya, KALLA sedang mengembangkan beberapa PLTA di Sulawesi dan Sumatera dengan total kapasitas 1.230 MW. Proyek-proyek tersebut antara lain PLTA Poso 3 dan Poso 4, PLTA Tumbuan Mamuju Atas, PLTA Tumbuan Mamuju Bawah, serta PLTA Kerinci Merangin.
Solihin menjelaskan, memasuki usia ke-70, KALLA mengambil pelajaran bahwa dunia usaha harus siap melakukan tranformasi bisnis dan budaya. Hal ini bisa dimulai dari pengembangan sumber daya manusia, inovasi bisnis, yang diimbangi dengan pendekatan sosial-budaya.
“Kami berpikir keras untuk beralih dari bisnis sebelumnya ke bisnis teknologi yang eksistensinya bisa bertahan hinga 100 tahun ke depan. Pada saat itulah kami memilih untuk mengembangkan PLTA dan memulai bisnis di bidang energi,” ungkapnya.
Sejak 2018, roda kepemimpinan KALLA telah beralih ke generasi ketiga, yang kini dipimpin oleh Solihin Jusuf Kalla. Dirunut sejarahnya, KALLA didirikan dan dipimpin oleh Hadji Kalla (1952-1967). Pada tahun 1967 kepemimpinan perusahaan beralih ke H.M Jusuf Kalla hingga 1999. Kemudian tahun 1999 perusahaan dipimpin oleh Fatimah Kalla sampai 2018.
“Kontribusi KALLA menjangkau berbagai sektor mulai dari bidang perdagangan, transportasi, infrastruktur, properti, manufaktur, energi hingga pendidikan. Sektor-sektor tersebut telah menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini,” papar Solihin.
Dia menambahkan, lini bisnis KALLA berorientasi pada sinergi yang memberikan pelayanan terintegrasi kepada seluruh stakeholder dan pelanggan, dan akan terus berkontribusi menggerakkan perekonomian nasional.
Dalam kesempatan tersebut, KALLA memberikan penghargaan ‘KALLA Award’ untuk tiga pemenang terbaik kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam bidang pendidikan, kemanusaiaan dan lingkungan serta kewirausahaan. Kategori Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup diberikan kepada Melati Wijsen, aktivis berusia 21 tahun keturunan Belanda yang lahir di Bali.
Melati menjadi pembicara internasional untuk mengampanyekan ‘Bye Bye Plastic Bags’ di beberapa media dan forum internasional seperti TED dan United Nations. Kini Melati fokus pada proyek terbarunya, Youthtopia, yang memberdayakan kaum muda melalui pendidikan dan memberi alat yang mereka butuhkan untuk membuat perubahan.
Kategori Pendidikan diberikan kepada Prof.Dr. Nurhayati Rahman, M.Hum, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Nurhayati mewakili Indonesia menjadi 1 dari 5 narasumber utama di dunia dalam rangka pengajuan La Galigo di Unesco sebagai “Memory of the World” tahun 2010-2011.
Sedangkan kategori Kewirausahaan Sosial KALLA Award diraih oleh Nusantara Genetics (Nusantics), yang merupakan perusahaan rintisan (Start-up) lokal yang bergerak di bidang teknologi genomika (genomics technology). Menurut Nusantics, setiap orang memiliki profil microbiome unik yang berperan penting dalam sistem imunitas.
Hal ini dapat membantu konsumen memilih produk yang paling tepat dan dibutuhkan oleh tubuh. Analisis microbiome bisa membantu industri dan konsumen mempertimbangkan dampak setiap keputusan mereka bagi kesehatan dan keberlangsungan alam. (*)