FAJAR, MESIR– Rektor UMI, Prof Basri Modding bersama Wakil Rektor IV UMI, Dr HM Ishaq Shamad, dan Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho dan ratusan peserta tetap konsisten mengikuti Konferensi Internasional ke-7 Dar al-Ifta Mesir di Hotel Al Maasa Nashr City Kairo Mesir, Selasa, 18 Oktober.
Pada kari kedua konferensi itu, membahas tentang Fatwa dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selain itu juga dibahas tentang integrasi antara ilmu keagamaan dengan ilmu sosial dan ilmu alam serta pemanfaatan kecerdasan buatan dan transformasi digital dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
“Selanjutnya juga dibahas tentang peran fatwa dalam mengatasi berbagai kendala pembangunan,” kata Ishaq Shamad dalam laporannya dari Mesir.
Pada sesi siang, Konferensi Internasional itu membahas tentang Peran Fatwa dalam Mendorong Perekonomian Nasional. Pembicara yaitu, Prof Muhammad Rasyid Ibrahim, Ketua Lembaga Fatwa Republik Maldives; Prof Nazir Al Din Muhammad, Mufti Singapura; Dr Muhammad Yahya Al Naynawy, Dekan Fakultas Studi Islam dan Penelitian Al Madinah, USA; Prof Marzuk Awlad Abdullah, Anggota Majlis Keilmuan Maroko untuk Eropa;
Syeikh Selim Olwan Al Huseiny, Sekjen Lembaga Fatwa Australia; Prof Fayyadh Abdul Moneim Husanein, Mantan Menkeu Mesir; dan Dosen Universitas Al Azhar, Dr Mahmud El Bithar; Peneliti Sekretariat Peranan Lembaga Fatwa sedunia, Syeikh Ahmed Samir; Sekreteris Fatwa dan Direkrut Peninjauan Syariat Dar Al Ifta Mesir.
Syeikh Muhammad Husein, Mufti Al Quds dalam sambutannya dengan tema tentang Piagam Fatwadalam Menghadapi Perubahan Iklim.
Kemudian, Konferensi ditutup dengan pembacaan rekomendasi hasil Indeks Fatwa Global tentang Fatwa dan Pembangunan Berkelanjutan.
Salah satu pembicara Asisten Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Dr Hanan Balkhy, menyinggung sejumlah tujuan pembangunan berkelanjutan dan mencatat bahwa tidak ada kesehatan tanpa kedamaian dan tidak ada kedamaian tanpa kesehatan.
Balkhy menegaskan, bahwa iman Islam mencakup sarana untuk mencapai SDGs dalam pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. “Ada peluang bagi para pemimpin agama Islam untuk memainkan peran yang tinggi dan kritis dalam kemajuan SDGs,” pungkasnya. (wis/*)