FAJAR-Pemerintah mengambil langkah cepat. Perhelatan Liga 1 dihentikan sementara hingga semua hal terkait tragedi tewasnya ratusan orang dalam Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya 1 Oktober lalu, dinyatakan selesai. Juga adanya jaminan penyelenggaraan lanjutan sepak bola secara nasional dapat berlangsung profesional. Artinya, semua unsur harus menjadikan malapetaka itu sebagai momentum perbaikan menyeluruh industri sepak bola Tanah Air.
Sejatinya, kita harus sabar menanti hasil investigasi pihak berwenang. Di tengah duka mendalam, aksi saling menyalahkan bukanlah sikap terbaik. Bahkan kian memperuncing suasana. Itu sebab, kerja keras aparat saat ini mesti mendapat dukungan kita semua. Beberapa elemen pertandingan seperti pengamanan, baik dari kepolisian maupun TNI, panitia pertandingan, koordinator suporter, pengelola venue, dll harus memberi dukungan kepada tim investigasi. Sebab segala informasi benar yang diberikan, akan sangat berharga.
Selain Kapolri yang telah memeriksa sekira 28 personelnya yang bertugas saat pertandingan berlangsung, TNI pun telah mendapat desakan dari Menko Polhukam agar mengusut kebenaran dugaan kekerasan yang dilakukan anggotanya di lapangan. Dua institusi pengamanan itu memang menjadi sorotan publik. Terutama aparat kepolisian yang menembakkan gas air mata untuk mengurai kerumunan ribuan suporter yang dianggapnya sudah anarkis. Padahal penggunaan gas air mata tidak diperkenankan penggunaannya dalam stadion dengan alasan apapun.
Hingga tadi malam, sudah ada 28 anggota Polri diperiksa atas dugaan pelanggaran kode etik. Jumlah tersebut tidak menutup kemungkinan akan bertambah. Totalitas Polri terlihat pada kebijakan tegas Kapolri dengan menonaktifkan aparat bersangkutan dari jabatannya. Mulai dari tamtama, bintara, hingga perwira. Harus ada yang bertanggung jawab atas kematian ratusan suporter itu. Termasuk pihak penyelenggara. Apakah benar ada standar prosedur operasi yang dilanggar atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dua hari sejak peristiwa terjadi, banyak langkah positif dilakukan Polri. Mendalami 32 titik CCTV di sekitar stadion dan sejumlah telepon seluler milik korban. Termasuk mengidentifikasi terduga pelaku perusakan, baik di dalam stadion maupun luar stadion. Kapolri pun telah mencopot Kapolres Malang serta sejumlah perwira Satuan Brimob Polda Jatim. Mulai komandan batalyon, komandan kompi, hingga komandan pleton sebanyak 9 orang.
Olahraga seperti halnya sepak bola, hanyalah permainan. Sebuah tontonan yang seharusnya dapat dinikmati bersama. Cukup sekali ini event olahraga merenggut ratusan nyawa. Jangan pernah terjadi lagi, karena tidak ada olahraga seharga nyawa. (^^)