Dan, itu bukan pekerjaan mudah. Sebab, jalur rel di Sulawesi berbeda dengan yang ada di Jawa. Di Jawa, jalur kereta rata-rata merupakan peninggalan Belanda. Lebarnya hanya 1.067 milimeter. Sementara, rel di Sulawesi selebar 1.435 milimeter. Satu bantalan rel di Jawa hanya mampu menahan beban 50 ton. Di Sulawesi, satu bantalan rel bisa menahan berat 60 ton.
Karena itu, jenis kereta yang digunakan juga berbeda. Untuk uji coba pada 28 Oktober nanti, BPKA Sulsel memakai kereta inspeksi (kais). Biasanya, kereta itu digunakan pejabat negara saat melakukan sidak atau kunjungan. Lebarnya sudah disesuaikan dengan rel di Sulawesi. Sudah ada satu lokomotif dan dua gerbong. Kais itu sedang diperbaiki di depo Kabupaten Barru.
Saat Jawa Pos berkunjung, kais yang tempat duduknya berupa sofa diubah menjadi kursi biasa. ”Nanti setiap gerbong bisa menampung 42 penumpang. Kalau ada dua gerbong, tinggal dikalikan,” jelas Hendry.
Nanti rangkaian kais itu tetap dipakai sampai akhir tahun. BPKA sudah memesan rangkaian kereta ke PT INKA. ”Rencananya, pesanan datang pada Desember. Lalu, pada Januari tahun depan kami operasikan,” ungkap Hendry.
BPKA memastikan kereta di Sulawesi jauh lebih nyaman. Pertama, gerbong dipastikan lebih luas ketimbang yang ada di Jawa karena disesuaikan dengan rel yang lebih lebar. Belum lagi, rel sudah disambung dengan teknologi flash butt welding.
”Jadi, rel sudah tidak seperti sambungan. Sudah seperti satu kesatuan. Dengan teknologi ini, laju kereta lebih tenang,” jelas pria asli Makassar tersebut.