Oleh A.Yahyatullah Muzakkir, Ketua BEM FEB Unismuh Makassar 2021-2022
Arus politik nasional mendekati pemilu 2024, kian deras. Permainan para tokoh sudah mulai muncul kepermukaan. Tokoh-tokoh kunci mulai bermanuver. Ini hal lumrah dalam proses demokrasi. Tentu para tokoh mati-matian dalam memperjuangkan gagasannya pada pemilu yang akan datang sesuai dengan sistem demokrasi kita. Kita berharap permainan itu tidak hanya bertujuan untuk menang semata. Tetapi, proses ini akan membawa perbaikan dan perubahan yang signifikan.
Baru-baru ini terjadi peristiwa menarik. Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat dalam Rapimnas Partai Demokrat menyampaikan hal penting kepada khalayak.
SBY menyebutkan bahwa terkait pemilu yang akan datang, akan ada tanda-tanda bahwa bisa tidak jujur dan tidak adil. Konon akan di atur dalam pemilihan Presiden nanti yang di inginkan oleh mereka dua pasangan Capres dan Cawapres yang di kehendaki oleh mereka.
Kemudian SBY melanjutkan bahwa : “Informasinya demokrat sebagai oposisi jangan harap bisa mengajukan Capres dan Cawapresnya sendiri, bersama koalisi tentunya. Jahat bukan?Menginjak-injak hak rakyat bukan? Pikiran seperti itu batil. Itu bukan hak mereka. Pemilu hak rakyat. Hak untuk memilih dan hak untuk di pilih, yang berdaulat juga rakyat. Dan ingat, selama 10 tahun dahulu, kita di pemerintahan, dua kali menyelenggarakan pemilu termasuk pilpres, demokrat tidak pernah melakukan kebatilan seperti itu.”
Bagi sebagian publik politik menganggap hal ini sekadar untuk menciptakan kegaduhan. Sebagian lainnya juga berfokus pada apa yang disampaikan. Sehingga, beranggapan bahwa hal yang telah disampaikan ini dimaksudkan untuk menyerang person atau kelompok tertentu.
Kalau kita cermati lebih jauh lagi, hal ini tentu patut mendapat perhatian. Dalam penyampaian tersebut bagi sebagian lainnya, bisa di anggap sangat kontroversial tentunya. Tetapi, secara sederhana dapat di katakan bahwa statement SBY dimaksudkan untuk menaikkan elektabilitas Partai Demokrat. Buktinya setelah Rapimnas tersebut, perbincangan mengenai Partai Demokrat meningkat, baik melalui media konvensional, TV, koran dll., maupun melalui media sosial. Bahkan, hampir semua TV menggelar perdebatan mengenai hal itu.
Dapat dianggap bahwa sambutan SBY mengindikasikan akan ada kecurangan. Ketika dugaan yang disampaikan oleh SBY benar, bahwa hanya ada dua pasangan pada pemilu 2024 nanti, ini menandakan bahwa ada sekelompok orang yang mencoba bermain untuk keperluan ini. Ini pasti akan lebih memperburuk lagi situasi demokrasi kita hari ini. Bukannya memperbaiki malah mencoreng proses demokrasi kita.
Adanya permainan politik seperti ini, juga memberi tanda bahwa sekelompok orang serta partai tertentu mencoba terus melanggengkan kekuasaannnya serta kepentingan dibaliknya.
Sehingga, dalam kondisi seperti ini, kita tetap berpikir bagaimana proses demokrasi kita agar berjalan dengan baik serta bersama-sama melibatkan diri dalam proses pemilu 2024 ini secara adil, untuk memilih para wakil rakyat yang akan memperjuangkan kepentingan bersama. Barangkali, inilah alasan mengapa SBY menyatakan akan turun gunung. Tentu, untuk meluruskan jalannya demokrasi kita. (*)