Musibah datang tak kenal waktu. Bahkan pada momentum sakral sekali pun.
DEWI SARTIKA MAHMUD
Sungguminasa
NUR Amri Yazid tak tahu harus berbahagia atau bersedih. Sehari sebelum duduk di pelaminan, rumahnya terbakar.
Uang Panaik Rp90 juta yang akan diserahkan untuk mempelai perempuan, ikut terbakar dilalap sijago merah. Nyaris tak ada yang tertinggal.
Pelaminan yang seyogianya menjadi tempat sakral duduk pengantin, kini tersisa puing-puing arang dan abu. Tak ada lagi dekorasi indah menyambut pesta. Meski tertimpa musibah, akad tetap dilangsungkan.
Amri merupakan warga Dusun Alluka, Desa Jipang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa. Peristiwa nahas itu terjadi Sabtu sore, 10 September. Tepatnya pada malam mappacci (malam pacar) di rumahnya.
Amri Yazid tetap melaksanakan akad nikah di rumah mempelai perempuan, Indah Rianti Sari. Lokasinya di Desa Soreang, Kecamatan Mappakasunggu, Takalar.
“Kalau resepsiku tetap-ji juga dilaksanakan
Senin, 12 September. Tetapi, harus dipindahkan di rumah keluarga, di samping rumah-ji,” ucap Amri dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di lokasi eks kebakaran, Minggu, 11 September.
Meski bahagia, Amri juga sedih. Pernikahan dengan resepsi gempita sebagaimana impiannya, urung terlaksana. Pesta harus dibuat sederhana. Apalagi, hari akad seharusnya kemarin, Minggu, 11 September.
Sesuai kesepakatan kedua pihak mempelai, uang panaik Rp90 juta akan diserahkan bersamaan akad nikah. Saat rumah terbakar, tak ada yang menyelamatkan uang itu. Beruntung, uang tidak sepenuhnya jadi abu. Masih ada yang angkanya bisa terbaca alias terbakar sebagian.
Akan tetapi, Amri tetap bersyukur. Keluarga pihak perempuan memaklumi dan masih menerima keadaan Amri dan keluarganya saat ini.
“Uangnya memang tidak jadi abu, tapi sama sekali tidak bisa-mi digunakan karena hanya bagian tengah yang utuh sementara semua pinggirnya gosong,” ucap Amri.
Amri berencana, ketika resepsi selesai, akan menghadap ke pihak bank mengenai uang terbakar setengah itu. Dia berharap uang itu bisa ditukar, sebab masih ada yang angkanya dapat terbaca.
Kronologi
Si jago merah mengamuk berawal dari tabung gas elpiji 3 kg yang meledak pada malam mappacci. Syamsiah Daeng Mombo (50), ibu Amri, dan keluarga lainnya, tengah mempersiapkan makanan untuk disantap.
Mereka memasak menggunakan dua kompor gas. Akan tetapi, salah satu kompor tersebut, gasnya habis. Syamsiah hendak mengganti tabung.
Saat tabung gas kosong hendak diganti, terjadi semburan sisa gas yang langsung merembes ke kompor lainnya yang sementara menyala. Kobaran api sangat besar.
Seketika melalap bagian rumah yang terbuat dari papan atau kayu. Nahas, api makin besar sehingga menjalar ke mana mana. Kobaran api makin sulit dipadamkan.
“Daripada ada korban jiwa, makanya kita tunggu padamkan sampai ada mobil pemadam kebakaran,” ucap ayah Amri, Ibnu Alam Daeng Katti (63).
Tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Hanya, Syamsiah mengalami luka bakar di bagian tangan. Api sempat mengenai tangannya saat awal berkobar. Dia lantas dibawa ke RSUD Pajonga Daeng Ngalle, Takalar.
Untuk kerugian materil, diprediksi sekitar Rp250 juta bagi pemilik rumah. Termasuk uang panai sebesar Rp90 juta yang belum sempat diserahkan kepada mempelai wanita.
Pemilik tenda pengantin dan pakaian pengantin, Nasir Deng Ga’ga (58) mengalami kerugian sekitar Rp50 juta. Amri menyewa jasa wedding organizer asal Pattallassang, Takalar itu. (wis/zuk-dir)