FAJAR, MAKASSAR — Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sulsel atensi potensi inflasi. Pangan dan energi menjadi fokus utama.
Wakil Ketua Umum Kadin Sulsel, Satriya Madjid
menuturkan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
“Sementara saat ini yg patut kita waspadai adalah pangan dan energi,” ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan ada dua komoditas pangan yang menyumbang nilai inflasi tertinggi yaitu cabai merah sebesar 0,49 persen dan bawang merah 0,26 persen.
“Selain itu di tarif angkutan udara ikut menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,43 persen dari total 4,94 persen,” paparnya.
Ketua Ikatan Konsultan Indonesia (Inkindo) Sulsel memandang kondisi di Sulsel terkait dua komoditas ini tentu bisa dikendalikan dengan baik jika semua pihak bisa bekerja sama untuk salaing mendukung.
“Misalnya cabai merah karena hampir seluruh wilayah kita di Sulsel bisa menanam komoditas ini namun petani terkadang enggan menanam akibat mekanisme pasar yang tidak berpihak ke petani, langkah taktis yang bisa kita gerakkan adalah dengan menanam cabai di pekarangan rumah baik tanam langsung maupun di polybag hal ini dapat meringankan beban inflasi,” paparnya.
Untuk bawang merah daerah penghasilnya adalah kabupaten Enrekang, Bantaeng, Jeneponto, dan Bone. Sehingga hampir pasti aman jika distribusi pasokannya merata untuk kebutuhan masyarakat namun tata niaga bawang ini yang membuat harnganya melambung.
“Kadin Sulsel siap ambil bagian dalam menekan inflasi di sektor pangan dengan jalan menjaga stabilitas harga petani dan konsumen, perbaikan rantai pasok dan manjemen stok komoditas pangan, dan peningkatan produktifitas dan diversifikasi produk,” bebernya. (sae)