Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan — saat berada di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin — menyebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak minggu ini. Penyebabnya? Beban subsidi dianggap terlalu berat dan tidak bisa tertahan lagi. Angka lebih dari Rp 500 Triliun untuk subsidi BBM dinilai sudah menjadi beban terlalu besar kepada APBN Indonesia.
Di tempat terpisah akhir pekan lalu — Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, di tengah tingginya harga minyak dunia, pemerintah berupaya untuk memastikan ketersediaan BBM subsidi untuk masyarakat. Akan tetapi, konsumsi BBM subsidi mengalami peningkatan signifikan selama beberapa waktu terakhir. Peralihan penggunaan bahan bakar menuju BBM subsidi semakin marak seiring dengan terus meningkatnya harga BBM. Menurut Arifin — BBM subsidi memiliki jumlah yang terbatas sesuai dengan kuota. Harganya juga ditetapkan oleh pemerintah, karena diberikan subsidi. Menurut Arifin selama ini pihaknya sudah meminta kepada masyarakat yang mampu untuk tidak lagi membeli BBM subsidi yang memang bukan peruntukannya.
Sebelumnya Luhut mengatakan, kebijakan kenaikan harga BBM merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengurangi beban APBN. Selain itu, pemerintah juga mengaku sudah melakukan upaya peralihan ke kendaraan listrik, penggunaan biofuel.
**
Semingguan lalu kita cukup dijejali berbagai diskusi soal rencana kenaikan BBM. Ada pro-kontra di situ. Berbagai pihak termasuk kalangan ekonom memastikan kenaikan BBM memicu kenaikan angka inflasi. Kenaikan angka inflasi pada akhirnya juga akan mendorong kenaikan harga-harga. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyatakan bahwa sesungguhnya subsidi energi adalah salah satu kunci keberhasilan Indonesia dalam menahan angka inflasi.
Kisarannya berada di angka 4,94%, lebih baik dibanding negara-negara lain. Inflasi yang terkontrol juga tertolong oleh langkah produsen yang belum mentransmisikan kenaikan harga bahan baku ke harga konsumen. Misalnya, kata Piter, meskipun harga gandum naik tetapi harga mie instan tidak melonjak naik. Namun hal ini bisa berubah jika BBM jadi naik. Piter
Mengkuatirkan produsen benar-benar terdorong mentransmisikan kenaikan bahan baku tadi. Yang tadinya tidak menaikkan, mereka mengikuti kenaikan BBM.
**
Bagi rakyat banyak — mereka mungkin tak paham dengan berbagai asumsi dan prediksi yang dibuat para pakar. Mereka juga tidak paham dengan langkah dan rencana baik yang akan dilakukan pemerintah. Mereka butuh situasi yang baik saja. Hidup tidak terasa makin susah.
Pertanyaan banyak pihak, apa kondisi masyarakat tak mampu saat ini siap menghadapi kenaikan harga BBM, setelah inflasi bahan pangan (volatile food) hampir sentuh 11% secara tahunan per Juli 2022? Yang terakhir ini saya kutip dari media.
Pernyataan banyak pakar: Masyarakat kelas menengah rentan juga akan terdampak, mungkin sebelumnya mereka kuat beli Pertamax, tapi sekarang mereka migrasi ke Pertalite dan jika harga Pertalite juga ikut naik maka kelas menengah terpaksa memangkas belanja lainnya. Selain itu serapan tenaga kerja bisa terganggu. Dan target-target pemulihan ekonomi pemerintah bisa buyar. Mari kita tingkatkan doa. Perjalanan menuju pemulihan ekonomi kasih panjang.**