Makassar menjadi tonggak perlawanan mempertahankan kemerdekaan. Ada tiga figur penting di seputar proklamasi.
BUSRAH HISAM ARDANS
Makassar
Tercatat dalam sejarah perjuangan, ketiga tokoh nasionalis itu yang menggerakkan kemerdekaan di Sulawesi. Mulai Dr Sam Ratulangi, Andi Pangerang (AP) Petta Rani, hingga Andi Sultan Daeng Radja.
Ketiganya turut hadir dalam pembacaan teks proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Bung Karno di Jakarta. Dua hari kemudian ada sosok Andi Ahmad, Putra Datu Luwu Andi Djemma memperoleh kabar Proklamasi Kemerdekaan.
Informasi itu didengar dari kantor berita Domei (cikal bakal kantor berita Antara). Bentuknya berupa siaran radio transistor.
“Dalam buku Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980), Andi Ahmad langsung menemui kelompok pemuda nasionalis,” urai dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unhas, Yadi Mulyadi, dilansir koran FAJAR edisi Jumat, 19 Agustus 2022.
“Tujuannya tentu saja memberi kabar gembira yang baru saja ia peroleh. Juga menyebarkan berita itu ke seluruh penjuru Luwu,” jelas Yadi.
Tak puas hanya mengumumkan kemerdekaan, Andi beserta kawannya, M Yusuf Arief, menggelar pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh pergerakan nasionalis. Pertemuan pada 23 Agustus 1945 itu menghasilkan organisasi bernama “Soekarno Muda”.
Hingga 24 Agustus 1945, warga Luwu sepakat memberangkatkan Andi Makkulau Opu Dg Parebba dan M Sanusi Daeng Mattata ke Makassar untuk mendapatkan berita resmi.
Dalam pertemuan itu akhirnya dijelaskan perihal kekalahan Jepang, proklamasi Indonesia, dan meminta kesediaan pemuda Indonesia serta Kaigun Heiho untuk menjamin keamanan pada waktu sekutu akan mendarat.