Namun dengan dukungan dari teman-temannya, Khan akhirnya mengajukan perceraian dan pada Agustus secara sah berpisah dari suaminya. Dia juga mengajukan perintah menjaga jarak dan mengganti semua kunci pintu apartemennya, kata teman-teman Khan.
Dan dia mulai membagikan kisahnya di TikTok, menyebut dirinya sebagai “kambing hitam” dalam komunitasnya.
Dalam salah satu unggahannya, dia berkata, “Menjalani perceraian sebagai perempuan Asia Selatan membuat Anda kadang merasa gagal dalam hidup.”
“Anggota keluarga saya berkata, jika saya meninggalkan suami saya berarti saya membiarkan Syaitan ‘menang’, bahwa saya berpakaian seperti perempuan nakal dan bila saya kembali ke kampung halaman, mereka akan membunuh saya sendiri,” ia berkata dalam unggahan yang lain.
Naty, 28 tahun, teman kampus Khan yang lain, mengingat momen pertama kali unggahan Khan viral di TikTok. “Dia membombardir saya dengan pesan pendek dan berkata ini yang seharusnya dia lakukan: Menyebarkan kisah pernikahannya dan menjadi panutan bagi perempuan yang ingin meninggalkan pernikahan mereka yang toksik.”
Dengan setiap unggahan, Khan menemukan pelipur lara dan kekuatan, meskipun dia juga “menerima reaksi negatif” karena menyebarluaskan perpecahan rumah tangganya, menurut Naty.
Di saat kematiannya, lebih dari 20.000 orang mengikuti Khan di TikTok. Bisma Parvez, seorang perempuan Muslim Pakistan-Amerika, salah satunya.
“Saya ingat, setelah saya menonton salah satu videonya, saya mendoakannya,” ujar Parvez. “Perempuan di situasi ini dinasihati untuk bersabar, dan dalam hubungan KDRT, sabar bukan jawabannya.”