Selamat Jalan Sahabat Sejati-ku……
Orang baik, tahu bersahabat dalam perbedaan yang ada. Sosok yang sederhana, dan guru bagi kita semua. Panutan dalam berpikir dan bekerja. Mau berkomitmen terhadap tujuan yang idealis atas nama bangsa, rakyat, dan ibadah. Tokoh yang adaptif terhadap semua suasana.
DEATH never know calender (kematian tidak pernah mengenal penanggalan/waktu). Pameo lama ini, tampaknya baru saja menjadi lonceng pengingat. Bagaimana tidak, sahabat baik, teman seperjuangan sejak lama, telah pergi selamanya. Sosok yang welcome ini, begitu akrab bagi banyak kalangan.
Ia tahu berteman dalam perbedaan yang ada. Pun, selalu berkomitmen pada tujuan yang idealis atas nama bangsa, rakyat, dan ibadah. Bahkan, ia adalah sosok yang sangat adaptik terhadap semua suasana.
Saya memanggilnya Mas Tjahjo. Sahabat yang baik hati ini, begitu terpatri dalam benak saya. Saya bersama Mas Tjahjo di FKPPI. Juga, Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI)–saat itu masih di Golkar. Kami Ketika itu, masih bersama Pak Surya Paloh. Kami berkarier bersama.
Selanjutnya, sang sahabat ini, memilih untuk hijrah ke PDI Perjuangan, bersama Bu Mega. Dalam perjalanan itu, sang sahabat mendapatkan posisi yang strategis. Jelas, karena kebaikan dan kemampuannya yang juga luar biasa.
Jujur, sang sahabat memberikan dukungan penuh kepada saya. Mulai saat menjabat sebagai wakil gubernur dan gubernur Sulsel. Bahkan, dalam banyak hal, kami banyak berdiskusi. Begitu cair. Begitu bersahabat. Saya pun sangat mengaguminya.