Wali Nangroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tengku Malik Mahmud Al-Haytar sangat bergembira dengan sambutan hangat Kalla dan menyambut baik peluang kerja sama ke depan. “Hubungan saya secara pribadi sangat erat, termasuk kerabat dekat saya yang salah satunya berasal Bone dan bersuku Bugis. Sejak dahulu kala, Aceh memiliki potensi yang sangat besar dari sumber daya alam. Selat Malaka menjadi jalur tersibuk di dunia pada masanya. Perdagangan antara Eropa dan Timur Tengah serta Asia Selatan hingga ke Asia Timur pasti melalui Selat Malaka. Namun kita tidak bisa memungkiri masa penjajahan Belanda sampai Gerakan Aceh Merdeka dan bencana tsunami telah membuat seluruh potensi tersebut terhambat dan perkembangan ekonomi Aceh memiliki banyak perubahan,” ungkapnya.
Sejalan dengan Wali Nangroe Aceh, Ketua DPR Aceh, Saiful Bahri (Pon Yaya) juga sangat mengapresiasi pertemuan ini. “Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Solihin Jusuf Kalla dan Manajemen Kalla yang telah menerima kami dengan hangat. Ini pertama kalinya saya berkunjung di Makassar dan menikmati kue tradisional khas Makassar,” paparnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian cendera mata dari Kalla berupa miniatur Kapal Pinisi yang menjadi simbol kejayaan dan perniagaan suku Bugis-Makassar dengan berbagai wilayah lainnya termasuk Aceh. Penyerahan cendera mata ini menjadi simbol persahabatan dan kedekatan erat yang telah terjalin antara Kalla dan Pemerintahan Aceh.
Tidak hanya itu. Setiap rombongan dari Wali Nangroe Aceh mendapatkan bingkisan oleh-oleh khas Makassar seperti kopi khas Tana Toraja dan markisa khas Makassar, sebagai bentuk keramah-tamahan Kalla sebagai tuan rumah pada pertemuan kali ini. (sae/yuk)