Baik Pocco maupun Bocco mempunyai makna yang sama, hanya penempatannya yang berbeda.
***
Apa yang diuraikan di atas, memberi kita gambaran bagaimana dapat memetakan latar belakang Mayjend. Andi Muhammad SH, yang kini menjadi Panglima Kodam XIV Hasanuddin, Makassar.
Mayjen Andi Muhammad, adalah cucu langsung Andi Mappanyukki. Ayahnya Andi Bau Datu Sawa adalah putra bungsu Andi Mappanyukki dari permaisuri pada-nya (pada: adalah pasangan yang sederajat) yang juga masih sepupu sekali andi Mappanyukki, I Maneqna Karaeng Balla Sari. Salah satu saudara Andi Bau Sawa adalah Hj. Bau Halijah We Tenri Padag Opu Datu, adalah permaisuri Andi Djemma, Datu Luwu.
Karena itu, dalam diri sang Pangdam mengalir darah biru yang sangat kuat yang datang dari campuran darah raja-raja di Sulselbar. Di dalam dirinya mengalir 3 kekuatan besar yang bernaung di bawah panji Tellung Poccoe di daerah Bugis, dan Tellung Boccoe di Sulselbar. Betapa dahsyat darah biru yang mengalir itu, yang mengalirkan jiwa kesastria yang pantang mundur dan tak gentar menghadapilawan kapan pun dan dari mana pun.
Saoraja Andi Mappanyukki yang sekarang ini terletak di Jl. Kumala Makassar menjadi saksi zaman tentang kebesaran dan kesatriaan sejarah masa lampau yang dilakoni kakek Pangdam.
Ketika Andi Mappanyukki meninggal 18 April 1967 di Saoraja, maka perlahan-lahan istana tersebut mulai tidak terurus dan sebagian rusak. Beruntunglah Sang pangdam, memiliki kesadaran tentang pentingnya merawat sejarah, kebudayaan dan peradaban leluhurnya. Perlahan-lahan Saoraja dibenahinya sedikit demi sedikit hingga wajah aslinya kembali muncul. Atas inisiatif beliau itu pulalah, Saoraja dijadikannya sebagai muzium, dengan harapan dapat dijadikan sebagai rujukan dan referensi yang ingin belajar tentang sejarah dan kebudayaan di Sulselbar. Muzium itu juga sekaligus sebagai destinasi wisata sejarah, budaya dan arsitektur tradisionil masyarakat Sulselbar di Makassar.
