Dikisahkan seorang kepala desa yang sejak pagi sampai malam hari tidak mau turun dari atas pohon, meskipun istri dan para warga telah merayu dan memintanya untuk turun. Berbagai alasan yang diberikan oleh tokoh pak desa membuat warga akhirnya menuduh yang bukan-bukan, tidak terkecuali tuduhan bahwa pak desa telah gila.
Ada pertarungan wibawa, rasa takut dan berbagai alasan-alasan lain yang selalu melatarbelakangi seorang pemimpin tidak mau turun dari posisinya. “Persoalannya bukan hanya karena kerakusan akan kekuasaan, namun boleh jadi karena ketidaktahuan bagaimana cara untuk turun,” ungkap Apo sapaan Andi Arafat yang juga alumni Kehutanan Unhas ini.
Bagi Apo, teater tidak hanya sekadar hiburan, tetapi lebih dari itu teater merupakan instrument untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran kita atas realitas sosial yang terjadi dan berlansung di sekitar kita.
“Pertunjukan teater menjadi wadah alternatif bagi mahasiswa yang memiliki minat dan bakat pada seni peran untuk “unjuk rasa” atas kondisi kehidupan di sekitarnya,” tutur Pendiri Teater Pita Merah ini. Sekadar diketahui, kelompok Pita Merah konsen pada pendidikan dan latihan teater bagi siswa SMA/sederajat dan Mahasiswa yang berlokasi di Cabin Hijau, Polman. (*/ham)