“Identitas gender ini dikonstruksi melalui berbagai pengalaman komunikasi, dengan tindakan-tindakan komunikasi yang dilakukan secara berulang, yang membentuk makna identitas gender bissu,” kata anak dari pasangan Muhammad Syukur Abdullah dan Nurhayati Nur Tinri ini.
Identitas gender para bissu dalam penelitian ini kata Magister pada Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin tahun 2015 ini, bersifat cair dan temporal. Itu melalui proses-proses sosial dalam konteks ruang dan waktu.
“Pengalaman dan tindakan komunikasi yang dihadirkan dalam proses sosial digunakan dan dilatih secara terus menerus dalam menghidupkan dan mereproduksi makna identitas gender sebagai seorang bissu,” kata promovendus dalam penugasannya telah melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. (*/ham)