terhadap operasional Taman Kanak-kanak yang berada di
Desa Maccinibaji, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa itu.
TK Aisyah Amanah menjadi satu-satunya sekolah Taman
Kanak-kanak di desa tersebut. Makanya, sekolah itu manjadi
satu-satunya harapan masyarakat setempat untuk mendidik
anak-anaknya.
Selama setahun absen mengajar, sosok Mursyida sangat
dirindukan. Makanya, ketika pertama kali masuk mengajar
pasca perawatan, murid-muridnya bagai kedatangan tamu
spesial. Semua menyambut bahagia sekaligus haru.
*Sosok Dirindukan
Mursyida juga merasakan kebahagiaan dengan sambutan
murid-muridnya. Satu-satu persatu mereka menyapa lalu
menyalami Mursyida. “Mereka semangat sekali sambut
saya,” kenang ibu tiga anak tersebut.
Ia mengaku awalnya sempat putus asa, namun begitu
memikirkan murid-muridnya, semangatnya kembali bangkit.
Mursyida sadar, profesinya sebagai guru sangat mulia. Dirinya
sangat dibutuhkan anak-anak di kampungnya. Ia bertekad
harus kuat. “Saya juga rindu sama anak-anak,” akunya.
“Saya punya beban moral kepada mereka,” sambungnya.
Mursyida menjalani hari-harinya di atas kursi roda. Saat
mengajarpun, kursi roda selalu setia menemaninya. Saat
berangkat ke sekolah, ia menumpang becak motor (bentor).
Kursi roda dilipat, lalu disandarkan di samping Mursyida.
Begitupun saat Murayida pulang, juga naik becak motor.
Sementara sang suami, Daeng Sese, mengikut dari belakang
menggunakan sepeda motor. Begitu sampai di sekolah,
Daeng Sese dengan sigap turun dari sepeda motornya. Ia
menuju bentor lalu menggendong istrinya ke kursi roda.