Keberadaan tambang marmer dengan membuka lahan secara terus menerus tentu akan mempengaruhi lingkungan dan perubahan iklim. Bahkan bencana alam berupa banjir dan longsor sangat berpotensi terjadi. Hal ini pula yang menjadi alasan lain peneliti ICRAF hadir.
Peneliti Senior ICRAF Gerhard Eli Sabastian menambahkan, selain luas bentang lahan dan bencana alam, index desa membangun, dan ketahanan pangan masih cukup rendah. Masih banyak desa yang tertinggal di Kabupaten Bone.
“Makanya, kita hadir untuk peningkatan kehidupan masyarakat melalui ketahanan pangan, perubahan iklim, dan mendorong keterlibatan perempuan dan anak, dalam mengelola sumber daya yang ada. Tentu dengan meningkatkan kualitas produksi pertanian hingga pemasaran,” kata Gerhard.
Upaya ini diakuinya akan terus didorong hingga lima tahun ke depan. Bagaimana masyarakat bisa hidup sejahtera. “Program ini juga dapat menjadi solusi atas masalah stunting. Karena gizi juga akan ditangani. Makanya kita akan melakukan riset terlebih dahulu,” imbuhnya.
Kabid Perekonomian dan SDM Bappeda Kabupaten Bone, Andi Hendra Setiawan mengaku akan mendukung penelitian dan program yang dilakukan ICRAF. Sebab, hal ini sejalan dengan program pembangunan jangka menengah yang telah dicanangkan.
“Kita juga akan menurunkan tim untuk mengevaluasi dan turut memberikan edukasi kepada masyarakat. Dan saya kira kehadiran ICRAF sangat membantu,” kata Andi Hendra.
Untuk menuntaskan target RPJMD sendiri, diakuinya masih ada ada empat target yang belum terpenuhi. Salah satunya pertumbuhan ekonomi. “Semoga dengan kerja sama ini semua target itu bisa dicapai,” imbuhnya. (ans/*)