Fenomena ini merupakan masalah sosial yang harus diberantas hingga akar, demikian juga dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang banyak memenuhi jalan di Makassar. Ini juga tidak akan lepas hingga ada solusi komprehensif.
“Kenapa, anjal misalnya, kita tanya kemarin, ternyata mereka tidak bisa baca tulis, tidak bisa baca huruf. Artinya apa, mereka sejak kecil sudah jadi, karena dibawa oleh ibu mereka yang seorang pengemis. Nah, ini akan terus berlanjut kecuali diputus sama pemerintah,” tandas dia.
Sementara itu, Dinas Sosial juga angkat tangan. Kepala Bidang Rahabilitasi Sosial, Dissos Sulsel, Nurbaya, mengakui pihaknya kewalahan dalam menangani masalah ini.
Razia yang menjaring Pak Ogah belum memberikan efek jera. Dissos hanya melakukan penindakan agar jumlahnya pelan-pelan bisa berkurang.
Nurbaya mengakui pemprov sangat membutuhkan tempat rehabilitasi sebagai solusi komprehensif.
“Memang susah dihilangkan, PMKS sama Pak Ogah ini, tapi dari kita minimal bagaimana supaya bisa berkurang dulu,” ujar Nurbaya.
Masyarakat diminta memaklumi, peningkatan aktivitas PMKS dan Pak Ogah memang menjadi agenda tahunan, khususnya Ramadan.
“Kita juga sebenarnya sudah jelaskan ke mereka, bahwa kehadiran ini tidak boleh, karena ini, karena merusak estetika kota, tapi tetap saja besoknya datang lagi,” ujarnya. (an/zuk)
SELENGKAPNYA, BACA KORAN FAJAR EDISI RABU, 13 APRIL 2022 DAN EDISI KAMIS, 14 APRIL 2022