FAJAR, MAKASSAR-Sapi peliharaan dilepas liar menjadi masalah baru. Mengganggu dan bahkan membahayakan warga.
BUKAN hanya di lorong, ternak yang dilepas liar bahkan masuk ke kompleks, jalan kota, provinsi, hingga jalan nasional. Contohnya di Jl Urip Sumoharjo, salah satu ruas jalan nasional.
FAJAR sering menjumpai sapi berkeliaran di dekat Jembatan Pampang. Sapi-sapi itu keluar dari arah jalan inspeksi kanal. Berombongan, tanpa pemilik.
Di jalan lain pun begitu. Di Jalan Aroepala hingga Jl Tun Abd Razak, penghubung Makassar dan Gowa, sapi kerap melintas di jalan provinsi. Kerap membahayakan pengendara saat melintas tiba-tiba bersamaan hujan dipenuhi kabut, malam hari pula.
Belum lagi di sepanjang Antang, yang juga jalan provinsi. Di wilayah ini, bahkan rutin pagi dan sore, jalan poros “dikuasai” sapi. Bedanya, ada gembala yang mengawal, meski selalu bikin macet.
Demikian halnya di Jl Perintis Kemerdekaan, kerap ada sapi menyeberang di jalan nasional itu. Seperti di kawasan masuk ke dalam UKIP Makassar.
“Hampir setiap hari sapi melintas di jalan ini. Biasanya sore. Rata-rata juga masih banyak warga di sini peliharaan sapi,” kata Assen salah seorang warga UKIP Lorong 5, pekan lalu.
Warga setempat pun sebenarnya risih. Hanya saja, mereka tidak tahu mau melapor ke mana. Akan tetapi, tindakan ini juga bisa membuat masalah baru.
“Kalau meresahkan mungkin. Intinya menganggu. Mulai dari tainya di jalanan, menghalangi pengendara, apalagi kalau makan,” sambungnya.
Di Jalan Batua Raya-Jalan Borong Raya, sapi yang dilepas berkeliaran juga mengganggu. salah seorang warga Jalan Borong Raya, Muhammad Taha, mengeluhkannya. “Masih ada biasanya lewat. Siang biasa atau sore,” bebernya.