“Karena kita tidak seperti di rumah sakit yang selalu jalan dan semua pasien bisa kita lihat. Kita buat grup jadinya semua bisa berkomuikasi dan semua bisa baca. Nakes ada termasuk perawat dan dokter,” terang Inayah.
Hubungan yang terjalin antar pasien dan perawat terbukti lewat kiriman pelbagai jenis makanan kepada tenaga kesehatan dari para pasien yang telah selesai menjalani masa karantina. Bukan gratifikasi, hanya sebagai bentuk terima kasih.
“Pelayanannya sangat memuaskan, bersih, suster dan dokternya juga sangat baik dengan pasien, fast respond, dan di sini juga kegiatannya aktif, pasien bisa senam, bisa jalan-jalan dan berjemur sekitaran wisma,” ujar pasien lainnya, Maipa Deapati.
“Saya kirim piza, karena nakesnya juga sangat perhatian terhadap pasien. Jadi itu salah satu bentuk terima kasih kepada nakes,” imbuhnya.
Sepekan isolasi, saya dan teman sekamar beserta pasien yang masuk pada hari sama, mendapatkan giliran tes Antigen. Hitungannya tujuh hari selama saya masuk ke Wisma Shafa dan 9 hari pascastatus positif.
Beberapa yang lain sudah menjalani 10 hari isoman. Semua mendapat hasil negatif hari itu, meski status Peduli Lindungi saya masih berwarna hitam, menandakan positif Covid-19.
Pada dasarnya, status QR code Peduli Lindungi berwarna hitam selama 10 hari bagi yang positif Covid-19. Status warna hitam akan kembali seperti semula pada hari ke 11 tanpa periksaan/tes Covid-19.
Setelah menjalani isoman, pasien dapat melakukan RT-PCR paling cepat pada hari ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu 24 jam. Jika hasilnya negatif selama 2 hari berturut-turut, maka status di Peduli Lindungi akan kembali seperti semula.