English English Indonesian Indonesian
oleh

Penolong di Saat Genting, Gojek Datang Jadi Pelipur Lara

FAJAR, MAKASSAR – Mata Ardiansyah berkaca-kaca. Ia teringat kisah hidupnya yang kolaps di awal-awal pandemi Covid-19, emosinya langsung meluap.

Saat awal pandemi Covid-19 melanda Sulsel, Ardiansyah merasakan kondisi ekonomi paling tersulit dalam hidupnya. “Saya selalu sedih dik kalau ingat masa-masa sulit waktu itu,” ujarnya sambil menyeka air mata di pipinya.

Suasana kemudian hening. Berkali-kali ayah empat anak itu menyeka air matanya menggunakan jaket. Dia terdiam, lalu kembali melanjutkan pembicaraan. “Saya hampir saja depresi,” sambungnya.

Saat awal pandemi melanda, namanya masuk daftar karyawan yang dirumahkan. Tak hanya dirinya, ada ratusan karyawan lainnya senasib dengan dirinya. Ardiansyah kemudian mengingat-ingat kembali keadaan di kantornya saat itu. Suasana penuh haru, tak ada lagi semangat bekerja.

Keputusan merumahkan karyawan diambil untuk menyelamatkan perusahaan. Pihak kantor Ardiansyah tak sanggup lagi membayar gaji karyawan secara penuh. Pemasukan tersendat akibat pandemi.

Pilihannya hanya dua, PHK atau dirumahkan. Ardiansyah bersyukur, saat itu ia hanya masuk daftar karyawan yang dirumahkan. Dia masih menerima gaji, namun hanya 20 persen saja. Pimpinan perusahaannya berjanji akan membayar gaji secara penuh ketika keadaan kembali normal.

Sebulan pertama setelah dirumahkan, kehidupan Ardiansyah berubah drastis. Gaji yang diterimanya tak cukup biaya sehari-hari. Utang mulai menggunung untuk sekadar makan dan jajan anak-anaknya. Belum lagi cicilan rumah sudah jatuh tempo. “Pokoknya ribet, sulit sekali,” kenangnya.

News Feed