FAJAR, MAKASSAR—Sampah mengepung lautan. Menumpuk hingga pesisir.
Dalam beberapa waktu ke depan, mikroplastik akan menjadi ancaman serius. Generasi nanti yang akan mendapatkan akibatnya.
Di sisi lain, pembersihan sampah laut di pesisir pantai dinilai tidak menyelesaikan masalah karena masalah utamanya ada di hulu. Prioritasnya juga sampah plastik.
Perlu penyelesaian dari hulu. Terutama pengguna. Termasuk pedagang yang memproduksi sampah. Perlu ada gerakan tidak menggunakan produk kantong plastik atau botol plastik.
Ahli Ekologi Laut Unhas Prof Jamaluddin Jompa mengatakan mengantisipasi sampah pesisir tak relevan dari hilir. Problem utama adalah pada produksi sampah.
“Masalah di hilir sudah terlalu berat. Sudah harus diselesaikan lebih dulu di hulu agar tidak bermasalah di hilir,” kata Jamaluddin Jompa yang juga Rektor Unhas terpilih periode 2022-2026 ini seperti dilansir koran FAJAR edisi Selasa, 8 Februari 2022.
Sulitnya lagi, sampah plastik baru terurai puluhan, ratusan, hingga ribuan tahun. Prof JJ, biasa dia disapa, mengatakan sampah laut terutama sampah plastik dalam 10 sampai 20 tahun belakangan terus mengalami degradasi hingga ke ukuran yang sangat kecil yang disebut mikroplastik.
Mikroplastik ini pun sudah masuk dalam rantai makanan. Dimakan oleh plankton, ikan memakan plankton, lalu manusia memakan ikan. Hal ini berbahaya bagi manusia yang mengonsumsinya.
JJ yang kini menjabat Dekan Pascasarjana Unhas ini mencontohkan Pantai Losari. Masih banyak sekali sampah, oleh karena itu masyarakat dan pemerintah harus sensitif terhadap itu.