English English Indonesian Indonesian
oleh

Gangguan Saraf Salah Satu Gejala Kusta

FAJAR,MAKASSAR — Radang saraf neuritis atau gangguan saraf, salah satu kondisi yang dialami oleh para penderita kusta atau lepra. Penyebabnya adalah bakteri.

Dokter Fisik dan Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS), dr Nilla Mayasari SpKFR, mengatakan kondisi ini terjadi karena infeksi bakteri mycobacterium leprae yang menyerang sistem saraf tepi. Akibatnya, terjadi pelemahan pada saraf tangan yang menyebabkan gangguan bentuk pada tangan (clawhand), di mana jari-jari tangan terlihat copot namun sebenarnya, terjadi pemendekan jari-jari yang terjadi pada tubuh akibat diserap oleh tubuh. “Selain itu, nyeri pada saraf yang mengganggu aktivitas penderita kusta,” ujar, dr Nilla, 1 Februari.

Infeksi dari bakteri tersebut berdampak terjadi kecacatan permanen. Namun, dapat dilakukan terapi untuk memberikan intervensi injeksi pada saraf yang nyeri. Meskipun begitu, banyak yang telah menerima pengobatan langsung beraktivitas padahal seharusnya segera istirahat, untuk mencegah kondisi yang lebih parah. “Beberapa dari mereka tidak bisa mengadaptasi dari nyeri tersebut, untuk itu terapi dibutuhkan,” paparnya.

Selain itu, intervensi orthosis atau memberi alat bantu pada penderitanya untuk pasien dapat memfungsikan kembali tangannya. “Mengantisipasi terjadinya amputasi dan dampak buruk lainnya, jika sudah diamputasi harus dilakukan pengontrolan terhadap penggunaan orthosis,” jelasnya.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik (Perdosri) Cabang Sulawesi Papua dr Rumaisah Hasan Sp KFR(K), mengungkapkan intervensi pada radang saraf neuritis dilakukan rangkaian kegiatan untuk memperingati Hari Kusta Internasional yang jatuh pada tanggal 30 Januari, lalu, diikuti oleh 85 Penyandang Kusta di Kampung Jongaya. Rumaisah mengatakan selain itu, dilakukan juga pemeriksaan status fungsional dan kemandirian pada penyandang kusta atau mantan pasien kusta dan pemeriksaan gangguan keseimbangan dan nyeri. “Kegiatan ini menjadi salah satu identifikasi jangan sampai terjadi kecacatan sekunder pada penyandang kusta, karena meskipun tidak lagi melakukan pengobatan masih ada gejala sisa yang harus terus dikontrol,” ungkapnya.

News Feed