Oleh: Darma Endrawati
Fungsional Statistisi BPS Sulsel
Pandemi membawa dampak besar terhadap pola pembangunan kesehatan. Sebelumnya pembangunan kesehatan terpusat di hilir yaitu upaya yang bersifat kuratif berupa pengobatan dan penyembuhan penyakit.
Semenjak pandemi gaung pembangunan kesehatan yang lebih ke hulu berupa program promotif-preventif (pendidikan hidup sehat-pencegahan) sangat terasa. Himbauan untuk menerapkan protokol kesehatan beriringan dengan upaya menyembuhkan pasien covid-19.
Muncul kesadaran bersama bahwa daya dukung fasilitas kesehatan tidak akan memadai ketika tidak ada upaya pencegahan. Berlarutnya pandemi membawa dampak penurunan status gizi masyarakat yaitu triple burden of malnutrition yaitu stunting, obesitas dan malnutrisi mikronutrien (kekurangan vitamin dan mineral).
Goncangan ekonomi yang terjadi membuat kemampuan keluarga dalam menyiapkan gizi seimbang untuk keluarga melemah. Rilis kemiskinan BPS menyebutkan bahwa persentase penduduk miskin September 2021 mengalami penurunan ( 8,53 persen) dibandingkan kondisi normal September 2019 (8,56 persen).
Namun demikian, pada periode yang sama mengalami peningkatan secara jumlah yaitu 759,58 ribu orang (September 2019) menjadi 765,46 ribu orang (September 2021).
Intervensi gizi dalam pembangunan menjadi hal yang urgen. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 pasal 142 menjelaskan bahwa intervensi gizi diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu bayi dan balita, remaja perempuan serta ibu hamil dan menyusui. Berbagai catatan terhadap mutu gizi pada tiga kelompok rawan di atas, kiranya bisa menjadi evaluasi bagi berbagai program intervensi gizi dalam pembangunan di Sulawesi Selatan.