English English Indonesian Indonesian
oleh

Intervensi Gizi Dalam Pembangunan

Permasalahan gizi pada kelompok rawan pertama yaitu bayi dan balita adalah gizi ganda dan stunting. Permasalahan gizi ganda adalah kondisi dimana sebagian masyarakat mengalami kekurangan gizi, namun sebagian lainnya kelebihan gizi.  Mengutip publikasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020, persentase balita (0-23 bulan) gizi buruk dan kurang di Sulawesi Selatan sebesar 3,6 persen.

Sementara itu sekitar 5,1 persen beresiko gizi lebih, 1,3 persen gizi lebih serta 0,5 persen obesitas.  Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021, prevalensi stunting (gagal tumbuh) pada anak balita di Sulawesi Selatan sebesar 27,4 persen lebih tinggi dari angka nasional yang sebesar 24,4 persen. Terdapat 10 kabupaten/kota dengan prevalensi stunting di atas 30 persen. 

Gizi ganda dan stunting akan berdampak pada gangguan fisik dan otak. Dalam rangka memutus mata rantai gizi ganda dan stunting perlu intervensi gizi berupa perbaikan pola makan, pola asuh, kemudahan akses terhadap layanan kesehatan serta perbaikan akses sanitasi dan air bersih.

Pada kelompok rawan kedua, remaja perempuan rawan kekurangan gizi yang salah satunya ditandai dengan anemia. Stigma bahwa lansing itu cantik menyebabkan remaja perempuan seringkali mengabaikan asupan gizi seimbang. Gejala anemia yang tidak diatasi secara serius akan berdampak jangka panjang ketika kehamilan berupa kelahiran prematur dan melahirkan bayi dengan berat badan rendah.

Pada tahun 2020 cakupan remaja putri (12-18 tahun) di Sulawesi Selatan yang mendapat tablet tambah darah sekitar 58,9 persen. Permasalahan obesitas juga dihadapi para remaja. Pembatasan aktivitas selama PPKM dan perkembangan dunia digital yang sedemikian pesat, menyebabkan banyak remaja yang lebih asyik di depan gadget dan kurang beraktivitas fisik.

News Feed