“Persijap kali ini seperti hanya melawan PSM U-23. Tentu kami frustrasi, apalagi kemasukan di menit akhir. Wasit memberi tambahan waktu tujuh menit, tapi gol mereka tercipta di menit ke-99. Saya juga frustrasi karena pemain terus mengirim umpan silang ke kotak penalti, padahal kami tidak punya penyerang tinggi. Inilah risikonya saat kami kekurangan pemain berpengalaman,” keluh Tavares.
Kondisi semakin pelik karena beberapa pemain baru saja menginjakkan kaki di Parepare, sementara lainnya bermain dengan kondisi cedera. Meski demikian, ia tetap mengapresiasi kerja keras para pemain muda.
“Kami memang tidak menang, tapi pemain menunjukkan semangat sampai peluit akhir. Terima kasih kepada suporter yang datang mendukung,” tambahnya.
Persiapan Empat Tim Berbeda
Tavares mengungkapkan, sebelum sanksi ini mempengaruhi komposisi tim, ia sudah mengantisipasi dengan membagi skuad menjadi empat kelompok berbeda. Hal ini untuk mengantisipasi segala kemungkinan, termasuk jika harus bermain dengan mayoritas pemain muda.
“Saya frustrasi sejak persiapan karena harus membuat empat tim berbeda. Kadang kami bisa mengatasi, kadang tidak. Ini bukan salah staf atau pemain, tapi kondisi yang memang diberikan kepada kami,” ujarnya.
Ia juga menyinggung peran besar suporter dalam keberlangsungan klub. Menurutnya, dukungan finansial dari pembelian tiket menjadi salah satu penopang penting.
“Sebelum kapasitas stadion dikurangi, penonton selalu penuh. Sekarang, meski penuh, kapasitasnya sudah berkurang. Jadi bagaimana kami bisa berkembang tanpa dukungan langsung dari suporter? Terima kasih yang sudah datang. Yang belum, saya paham mungkin terkendala finansial,” kata Tavares.