English English Indonesian Indonesian
oleh

Pelajaran dari FIFA Banned: PSM Makassar Masih Tergantung di Meja Pengacara Wiljan Pluim

FAJAR, MAKASSAR — Sanksi banned dari FIFA bukan sekadar larangan mendaftarkan pemain baru. Bagi PSM Makassar, ini adalah cermin betapa rapuhnya posisi klub ketika sengketa pemain menyeberang batas negara.

Awal Agustus 2025, suasana di ruang rapat manajemen PSM sebenarnya penuh optimisme. Mereka mengumumkan bahwa konflik dengan Wiljan Pluim, mantan kapten dan ikon tim, sudah diselesaikan. Gaji yang menjadi inti masalah telah dibayarkan penuh pada 1 Agustus. Informasi itu, kata manajemen, bahkan sudah termuat di laman resmi FIFA sebagai tanda penyelesaian.

Tiga hari sebelum laga perdana kontra Persijap Jepara, Manajer PSM, Muhammad Fajrin, berbicara percaya diri. “Semua kewajiban yang tertuang di situs FIFA sudah kami penuhi,” ujarnya. Bagi Fajrin, ini berarti pintu keluar dari sanksi sudah di depan mata.

Namun, pertandingan Jumat malam, 8 Agustus, di Stadion Gelora BJ Habibie, membuktikan bahwa kunci pintu itu masih dipegang orang lain. PSM turun tanpa kekuatan penuh. Pemain-pemain anyar yang diharapkan mengangkat performa belum bisa didaftarkan. Laga pun berakhir tanpa kemenangan. Di kursi pelatih, Bernardo Tavares hanya bisa menghela napas panjang, musim baru, tekanan sudah datang.

Masalahnya ternyata sederhana namun rumit yakni pengacara Wiljan Pluim belum memberi konfirmasi resmi ke FIFA bahwa perkara selesai. Tanpa konfirmasi itu, FIFA tidak akan mencabut larangan transfer. “Pihak Pluim belum berikan konfirmasi. Ini yang kami pertanyakan dan sayangkan,” kata Fajrin.

Media Officer PSM, Sulaiman Karim, menguatkan pernyataan manajer PSM. “Masalah sudah tuntas, tapi tim pengacara Pluim belum mencabut laporan di FIFA,” katanya. Dari tim kuasa hukum Pluim bilang, kata Sule masih mau mempelajari keterangan PSM. Dalam bahasa sederhana, pembayaran sudah dilakukan, tetapi pihak lawan masih memegang rem.

News Feed