Gol itu sekaligus menutup laga. PSM yang nyaris meraih kemenangan harus puas berbagi poin. Sementara Persijap pulang dengan perasaan campur aduk selamat dari kekalahan, tetapi gagal memenuhi ambisi membawa pulang tiga angka.
Usai laga, Mario Lemos tak sepenuhnya puas. “Babak pertama kami tertinggal, jadi di babak kedua kami masukkan banyak pemain menyerang. Konsekuensinya, kami kesulitan menguasai bola karena selalu bermain direct ke depan,” ujarnya. Ia juga mengakui salah dalam membaca kekuatan lawan. “Kami selalu menyerang ke sisi Victor Luiz dan Neto, ternyata itu justru sisi terkuat PSM. Ini pelajaran, karena ini beda level. Ini Super League, bukan Liga 2.”
Sementara itu, Carlos Franca yang mencetak gol penyeimbang mengakui betapa sulitnya pertandingan tersebut.
“Meski mereka banyak pemain muda, PSM bermain rapi dan disiplin. Sulit sekali membongkar pertahanan mereka. Kami harus bekerja keras sampai detik terakhir untuk mencetak gol,” ungkapnya.
Bagi PSM, hasil ini tetap meninggalkan kebanggaan. Dengan skuad terbatas, mereka mampu menahan gempuran tim yang diunggulkan. Mentalitas para “Ramang Muda” teruji. Dan bagi Persijap, satu poin dari Parepare terasa seperti kemenangan yang setengah hati. Selamat dari kekalahan, tetapi gagal membuktikan superioritas yang diyakini sebelum laga dimulai.(wid)