FAJAR, MAKASSAR – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (FBS UNM) menggelar kegiatan pemberdayaan di Komunitas Anak Pelangi (K-Apel), yang berlokasi di Lorong Daeng Jakking, Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar.

Kegiatan ini merupakan bagian dari skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) DPPM Kemdiktisaintek Tahun Anggaran 2025. Tim pelaksana diketuai oleh Ridwan, S.S., M.A., dengan anggota Ita Rosvita, S.S., M.Hum., dan Bungatang, S.S., M.Hum. Puluhan anak dari Komunitas K-Apel antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung interaktif dan edukatif.
Mengusung tema “Pemanfaatan Teknologi Deep Learning dan NLP dalam Penguatan Nilai dan Karakter Budaya Lokal pada Anak melalui Buku Cerita Bergambar”, kegiatan ini bertujuan mengenalkan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar kepada anak-anak melalui media yang dekat dengan dunia mereka saat ini: cerita digital bergambar.
Ridwan menjelaskan bahwa penyampaian nilai budaya kepada anak akan lebih efektif jika dilakukan melalui pendekatan yang relevan dan menarik. “Cerita edukatif digital dapat menjadi media efektif untuk memperkenalkan cerita rakyat, kisah pahlawan, serta kearifan lokal Bugis-Makassar. Harapannya, anak-anak dapat tumbuh dengan mencintai budaya mereka sendiri,” ujarnya.
Hadir sebagai narasumber, Dr. Asis Nojeng, M.Pd., akademisi dari UNM, membawakan materi bertajuk “Pemahaman Nilai Budaya Bugis dan Makassar dalam Cerita Rakyat: Transformasi Nilai Melalui Pesan Moral.” Ia menekankan pentingnya memperkenalkan cerita rakyat sebagai warisan budaya sejak dini. “Cerita rakyat mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa menjadi pedoman moral anak-anak. Nilai itu harus kita adaptasi agar relevan dengan generasi sekarang,” tutur Dr. Asis.
Ita Rosvita menambahkan bahwa perpaduan antara budaya dan teknologi merupakan kunci menanamkan identitas etnik pada generasi muda. “Melalui cerita bergambar dalam bahasa Bugis dan Makassar—baik dalam bentuk buku fisik maupun digital—anak-anak dapat memahami dan mencintai budaya mereka sendiri. Ini menjadi langkah konkret merawat identitas dan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini,” jelasnya.
Senada dengan itu, Bungatang menekankan pentingnya inovasi media pembelajaran budaya. “Cerita edukatif digital yang dikemas secara visual dan interaktif akan membuat anak-anak lebih tertarik belajar. Nilai seperti kejujuran, jika disampaikan lewat tokoh-tokoh lokal yang mereka kenal, akan lebih mudah diresapi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Kegiatan PKM ini mendapat sambutan positif dari anak-anak K-Apel. Bahkan, para ibu dari komunitas tersebut turut antusias mengikuti rangkaian acara. Interaksi yang hangat dan materi yang menarik membuat kegiatan ini berjalan lancar dan penuh keceriaan. (*)