English English Indonesian Indonesian
oleh

Sayap-Sayap Indonesia Menyongsong Hari Kemerdekaan

Oleh Andi Yahyatullah Muzakkir
Komite Sastra Dewan Kesenian Sulawesi Selatan

Pada 28 Juli 2025, Dewan Kesenian Sulawesi Selatan memperingati Hari Puisi dengan meriah dan penuh makna. Komite Sastra bekerja sama dengan berbagai komunitas seni dan budaya dari Sulawesi Selatan, termasuk komunitas seni di kampus-kampus, menggagas beragam kegiatan: diskusi sastra, peluncuran buku, pembacaan puisi, hingga deklarasi Hari Puisi.

Rangkaian kegiatan ini dimulai pada sore hari dengan diskusi bersama para seniman dan budayawan senior, dilanjutkan dengan peluncuran buku Sayap-Sayap Indonesia, serta pembacaan puisi pada malam harinya. Momen puncak ditandai dengan deklarasi Hari Puisi Indonesia dan Hari Puisi Sulawesi Selatan oleh Ketua Dewan Kesenian Sulawesi Selatan, Arifin Manggau atau yang akrab disapa Daeng Iping.

Penetapan tanggal 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia merujuk pada hari lahir Chairil Anwar, sang penyair legendaris. Sementara itu, Hari Puisi Sulawesi Selatan ditetapkan setiap 2 Januari, bertepatan dengan hari lahir A.M. Dg. Myala, penyair era Pujangga Baru yang berasal dari Sulawesi Selatan.

Malam itu, pertunjukan berlangsung begitu spektakuler. Semua unsur pendukung berkontribusi sepenuh hati—mulai dari tata panggung, pencahayaan, dokumentasi, hingga partisipasi aktif komunitas-komunitas seni yang memeriahkan acara di Sekretariat Dewan Kesenian Sulawesi Selatan. Dari orang tua hingga anak muda, dari seniman, budayawan, aktivis mahasiswa hingga pegiat literasi, semua hadir dan turut membacakan puisi dalam suasana penuh semangat.

Itulah malam pertama saya tampil sebagai pembawa acara dalam kegiatan kesenian. Sebelum penutupan, saya sendiri ikut membacakan puisi ciptaan saya yang berjudul “Bendera Revolusi”, sebuah karya yang dimuat dalam antologi bersama para penyair senior Sulawesi Selatan yang telah menempuh perjalanan panjang dalam dunia kepenyairan. Puisi itu menggema di langit timur Indonesia—malam yang penuh haru dan keriangan. Sebuah pengalaman yang amat berharga, karena berada di tengah lingkaran para seniman dan insan kreatif membuat jiwa ini benar-benar merasa hidup.

Peluncuran buku Sayap-Sayap Indonesia menjadi bagian penting dari rangkaian peringatan Hari Puisi. Buku ini dimaksudkan sebagai cermin, refleksi, sekaligus inspirasi—bahwa “sayap-sayap” Indonesia adalah penyangga dan penopang keindonesiaan dari Timur, melalui kontribusi dari dunia sastra.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Komite Sastra Dewan Kesenian Sulawesi Selatan bersama berbagai mitra: Forum Sastra Kepulauan, Forum Sastra Indonesia Timur, Satu Pena, Kopi Makassar, IPMI, PIKOM IMM FEB Unismuh, Himajep Unismuh, Anak Makassar Voice, De’Art Production FSD UNM, Teater Kita Makassar, K-Apel, Komunitas Sawerigading, Bengkel Sastra FBS UNM, Teater Kampus FSD UNM, Aksara FIP UNM, dan Saopanrita UNM.

Keterlibatan komunitas-komunitas ini menjadi pertanda bahwa ekosistem kesenian di Sulawesi Selatan tumbuh dengan baik—meskipun tetap menghadapi berbagai tantangan. Perlu kita akui bahwa perkembangan kesenian hari ini sangat dinamis, tetapi sayangnya belum cukup berdampak pada masyarakat luas. Kesenian masih kerap dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari kehidupan sehari-hari, padahal sejatinya ia adalah bagian dari hidup itu sendiri.

Agar kesenian dapat terus berkembang, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk media sosial sebagai sarana publikasi. Ini bukan sekadar promosi, melainkan kontribusi nyata dalam pemajuan dan pelestarian kebudayaan. Di Makassar dan Sulawesi Selatan secara umum, ruang-ruang kreatif yang dapat diakses secara setara masih minim dan belum sepenuhnya didukung oleh pemerintah maupun masyarakat. Padahal kita sangat membutuhkan ruang kesenian yang terbuka, ruang kreatif, ruang belajar, dan ruang pertumbuhan kebudayaan.

Melalui kegiatan ini, harapannya Dewan Kesenian Sulawesi Selatan bersama para pegiat seni dan komunitas dapat menjadi contoh—menjadi cermin keteladanan, penuh inisiatif, dan pelopor dalam menghidupkan kembali kesenian kita.

Dalam antologi puisi Sayap-Sayap Indonesia, beberapa puisi yang bagi saya sangat berkesan dan menjadi penanda penting di antaranya:

Asia Ramli Prapanca – Marilah Hidup Mengkita

Moch. Hasymi Ibrahim – Kopi Timor, untuk Indonesia

Aslan Abidin – Tersesat di Jalan Lurus

Bahar Merdhu – Asia Merdeka

Chaeruddin Hakim – Membaca Indonesia dalam Teks

Ismad Sahupala – Ya Toddopuli

Mahrus Andis – Gereja dan Garuda

Risya Marennu – Sayap Burung yang Terluka

Irwan AR – Kepada Indonesia

Kumpulan puisi dari para penyair kenamaan Sulawesi Selatan ini mengalir begitu indah untuk dibaca dan dirasakan. Penuh keharuan, membahagiakan, dan sarat makna. Karya ini menjadi semacam lanskap yang menggambarkan kondisi sosial Indonesia—sebuah penanda penting dalam perjalanan kebudayaan bangsa.

Menjelang 17 Agustus 2025, saat seluruh negeri bersiap memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Dewan Kesenian Sulawesi Selatan telah memberi sumbangsih bermakna. Para penyair, pegiat seni, dan komunitas turut memberikan kontribusi berupa makna, perasaan, dan pemikiran untuk bangsa ini.

Buku Sayap-Sayap Indonesia adalah tonggak berharga. Sebuah suara jujur dan tulus dari Timur Indonesia yang terus menggema dan menggelora dalam perjalanan panjang keindonesiaan.

Selamat menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Mari kibarkan Merah Putih dengan penuh makna. Mari kibarkan Sayap-Sayap Indonesia. (*/)

News Feed