English English Indonesian Indonesian
oleh

Menelusuri Diaspora Maritim Makassar Lewat Film “Marrege; Awaiting Macassan”


Sementara itu, Arsy Jailolo menegaskan bahwa pemahaman sejarah budaya sangat penting untuk memperkuat jati diri generasi muda. “Sejarah seperti yang digambarkan dalam Marrege ini memberi inspirasi tentang keberanian leluhur kita melintasi samudra, memberi dampak besar di tanah asing, dan menyemai jejak kebudayaan yang hingga kini masih terasa,” ujar Arsy yang juga mantan Ketua Umum HMI Cabang Makassar.


Ia mencontohkan bagaimana setelah perang Makassar, sejumlah bangsawan seperti Karaeng Naba hijrah ke Jawa dan berkontribusi dalam sejarah nasional. “Keturunannya adalah tokoh-tokoh seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Setiawan Djody—sebuah bukti keterhubungan budaya dan darah,” lanjut Arsy.


Menariknya, salah satu audiens yang juga aktivis HMI cabang Makassar asal Pulau Bonerate, Selayar, mengaku memiliki garis keturunan dari suku Aborigin Australia. Ia mengisahkan bahwa sejak lama, pulau tersebut menjadi persinggahan pelaut Makassar pencari teripang yang berlayar hingga ke Arnhem Land, Australia Utara.


Film “Marrege” mengisahkan perjalanan pelaut Bugis-Makassar yang tangguh menghadapi badai samudra, hingga akhirnya mendarat di pesisir Arnhem Land dan Teluk Carpentaria, Northern Territory, Australia. Salah satu tokoh sentral adalah Husein Dg Rangka—dikenal masyarakat suku Yonlu Australia sebagai Osin—yang meninggalkan garis keturunan langsung di Australia. Film ini dengan menyentuh menautkan dua dunia: Kota Makassar dan Northern Territory, Australia, lewat kisah sejarah dan darah yang menyatu.

News Feed