Kondisi ekonomi global dilanda ketidakpastian. Ke depan masalah geopolitik —seperti Perang Israel vs Iran, 7-11 Juni 2025– sulit diprediksi. Perang, kata Anin, bisa meletus kapan saja dan tidak seorang pun bisa membuat prediksi dengan tepat. Kita tidak bisa memastikan gencatan senjata Israel dan Iran akan berlangsung permanen. Demikian pula dengan situasi geopolitik di kawasan dunia lainnya.
Karena itu, demikian Anin, pengusaha Indonesia harus tangguh dan memiliki wawasan global. Pelaku bisnis harus tahan banting dalam menghadapi semua situasi, sesulit apa pun. Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang semakin sulit, para pelaku bisnis harus bisa mengembangkan usahanya, minimal mampu mempertahankan usaha, tidak ada PHK. “Inilah yang disebut pengusaha pejuang,” ujar Anin.
Berasal dari kata Latin “retrahere” yang artinya menarik kembali atau mundur, retret adalah waktu yang sengaja disisihkan oleh seseorang atau organisasi untuk keluar dari rutinitas sehari-hari untuk melakukan refleksi, evaluasi, dan membuat perencanaan strategis serta membangun kebersamaan. Retret di Lembah Tidar yang diikuti oleh para pengurus Kadin se-Indonesia adalah sebuah penyegaran dan konsolidasi internal untuk memperkuat keterpaduan gerak bersama guna ikut menyukseskan program pemerintah, mendorong investasi, membuka lapangan pekerjaan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan pemerataan.
Mengutip begawan ekonomi Indonesia, Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, Anin mengatakan, kedaulatan politik takkan berarti tanpa kedaulatan ekonomi. Dunia usaha harus berjiwa juang, mandiri, dan berpijak pada bumi Pancasila.