Penulis: Dr. Minsarnawati, SKM, M.Kes
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAYANGKAN sebuah dunia di mana informasi menyebar lebih cepat daripada virus. Di mana satu pesan keliru tentang imunisasi atau gizi anak dapat menyebar ribuan kali lebih cepat daripada klarifikasi dari otoritas kesehatan. Itulah yang terjadi dalam fenomena yang disebut infodemi — sebuah istilah yang menggabungkan kata information dan epidemic, menggambarkan “wabah informasi” yang menyebar tanpa kendali, baik yang benar maupun salah, sehingga menyulitkan masyarakat untuk menemukan sumber dan panduan yang dapat dipercaya saat mereka
membutuhkannya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa infodemi adalah salah satu tantangan terbesar dalam upaya promosi kesehatan modern. Selama pandemi COVID-19, kita menyaksikan bagaimana mitos tentang air rebusan jahe, hoaks vaksin, hingga klaim konspirasi menyebar luas dan menghambat respons kesehatan masyarakat. Namun, infodemi bukan sekadar persoalan komunikasi — ini adalah masalah sistemik yang membutuhkan solusi lintas sektor dan lintas disiplin.
Salah satu pendekatan mutakhir dalam mengatasi infodemi adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), terutama deep learning, yang memungkinkan sistem komputer menganalisis data dalam jumlah besar, melakukan penyaringan informasi yang besifat hoaks, analisis sentimen, klasifikasi misinformasi, dan mampu menyederhanakan informasi medis menjadi lebih mudah dipahami publik, bahkan pembuatan konten edukatif yang cerdas.