Teknologi ini sudah mulai digunakan dalam bentuk chatbot kesehatan, deteksi otomatis misinformasi, dan rekomendasi konten edukatif berbasis profil pengguna. Namun, keberhasilan teknologi ini bergantung pada satu hal: literasi kesehatan masyarakat.
Teknologi bukan segalanya, teknologi hanyalah alat. Kunci keberhasilan implementasi solusi berbasis AI ada pada kesiapan manusia dan pertanyaan mendasarnya: siapa yang akan memandu teknologi ini agar berpihak pada kesehatan masyarakat? Jawabannya ada pada institusi pendidikan, khususnya Prodi Kesmas.
Di sinilah peran penting Prodi Kesmas diuji. Apakah kurikulum kita masih fokus pada leaflet dan ceramah, ataukah sudah melangkah ke arah literasi digital, data science, dan etika informasi kesehatan?
Reposisi Prodi Kesmas
Prodi Kesmas tidak boleh menjadi menara gading yang hanya mengajarkan teori klasik tanpa merespons tantangan zaman. Ada lima hal strategis yang bisa menjadi pijakan transformasi Prodi Kesmas di era infodemi dan sebagai pusat inovasi interdisipliner:
- Reformasi Kurikulum yang Responsif Digital
Prodi Kesmas harus memperbarui kurikulum agar selaras dengan era digital dan
tantangan infodemi. Ini mencakup penambahan mata kuliah seperti Digital Health
Communication, Infodemiologi, Literasi Digital dan Kesehatan, serta Etika Data, serta
AI untuk kesehatan masyarakat. Mahasiswa juga harus dibekali dengan kemampuan
kritis dalam membaca data dan informasi digital, mengenali bias algoritma dan hoaks,
serta menggunakan digital platform untuk edukasi masyarakat. - Kolaborasi Interdisipliner dan Inovasi Lintas Bidang
Prodi Kesmas perlu bekerja sama dengan program studi lain seperti Teknik
Informatika, Komunikasi, Psikologi, dan Desain Media. Kolaborasi ini penting untuk
mengembangkan solusi konkret seperti sistem pendeteksi hoaks, chatbot kesehatan,
kampanye edukasi berbasis big data, dan aplikasi mobile berbasis AI. Mahasiswa bisa
dilibatkan dalam proyek lintas disiplin yang aplikatif dan berdampak. - Penguatan Kapasitas Digital Civitas Akademika
Dosen dan mahasiswa harus dibekali keterampilan dalam menggunakan perangkat
analisis media sosial, visualisasi data, manajemen konten digital, serta pemanfaatan
AI dalam komunikasi kesehatan. Prodi Kesmas juga perlu menyediakan pelatihan
rutin, workshop teknologi, dan akses ke laboratorium media digital. Dosen tidak
cukup hanya menguasai teori ilmu kesehatan masyarakat, tetapi juga harus akrab
dengan digital tools, tren algoritma, dan platform berbagi konten. Mahasiswa
didorong untuk aktif menjadi kreator konten kesehatan berbasis bukti, bukan sekadar
penyuluh pasif. - Pengembangan Pilot Project Edukasi Berbasis Deep Learning
Prodi Kesmas bisa menjadi inkubator solusi lokal dengan memulai proyek
percontohan seperti pembuatan chatbot edukatif yang menjawab pertanyaan seputar
gizi, vaksinasi, kesehatan ibu dan anak serta masalah kesehatan lainnya. Proyek ini
bisa dikembangkan bersama mitra lokal dan diuji langsung pada komunitas. Selain
itu, sistem monitoring hoaks lokal berbasis machine learning bisa dikembangkan
untuk mendeteksi isu-isu yang sedang viral dan berisiko. - Menjadi Watchdog Digital Kesehatan Masyarakat
Prodi Kesmas memiliki peran penting dan berfungsi sebagai sistem yang memiliki
mekanisme dalam menjaga etika dan akurasi informasi kesehatan di ruang digital.
Dengan membentuk tim pemantau hoaks, analisis tren digital (misinformasi), unit
klarifikasi berbasis ilmiah melalui kanal resmi, dan mengembangkan dashboard
pemantauan hoaks, maka program studi dapat membantu mengendalikan infodemi
secara aktif. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai agen literasi di komunitas digital,
salah satunya dengan melibatkan mereka sebagai agen pelapor konten keliru melalui
jejaring komunitas digital mereka. - Menjadi Garda Depan Pemberdayaan Masyarakat
Mahasiswa dan dosen Prodi Kesmas dapat berperan aktif dalam community-based health education yang memanfaatkan teknologi deep learning — misalnya chatbot edukatif berbasis lokal, voice assistant untuk lansia, atau video AI interaktif untuk anak-anak. Serta membangun kolaborasi dengan komunitas digital seperti influencer, content creator, dan pengembang aplikasi untuk bersama-sama memproduksi konten sehat.
Etika dan Keadilan Digital
Meski deep learning menjanjikan banyak solusi, tidak berarti kita lepas tangan. Prodi Kesmas berperan sebagai pengawal agar pemanfaatan teknologi tidak menimbulkan kesenjangan baru dalam kesehatan masyarakat. Program studi kesehatan masyarakat harus menjadi penjaga nilai etika dan keadilan sosial. Penggunaan data pribadi masyarakat harus dikawal agar tidak disalahgunakan.
Teknologi tidak boleh hanya berpihak pada yang melek digital saja — justru kelompok rentan harus dijadikan prioritas dalam intervensi. Mahasiswa Prodi Kesmas harus dibekali pemahaman kritis tentang etika data, privasi informasi kesehatan, dan akses digital yang setara.