Hingga sore hari, kondisi perairan masih terlihat normal. Tidak ada tanda-tanda surut air laut seperti yang biasa menjadi pertanda datangnya tsunami. Namun, kewaspadaan tetap dijaga. Sebagian warga memilih bertahan di tempat evakuasi hingga benar-benar dinyatakan aman.
“Kami berharap tak ada yang terjadi. Tapi kami tidak bisa menyepelekan peringatan. Lebih baik berjaga daripada menyesal,” imbuh Sofyan.
Di wilayah Leato Selatan, sekitar 80 warga telah mengungsi ke dua gedung yang masing-masing mampu menampung 500 hingga 900 orang. “Jika kapasitas gedung tidak mencukupi, kami sudah siapkan opsi tambahan berupa tenda darurat maupun mes TNI AL yang masih kosong,” jelas Komandan Lanal Gorontalo, Letkol Laut (P) Hanny Chandra.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Gorontalo, Bambang Tri Handoko, menyatakan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti arahan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat untuk membantu mengevakuasi warga yang berdampak tsunami dan telah menyiapkan peralatan yang di butuhkan.
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Kristina Mohamad Udoki, meninjau lokasi pengungsian. Ia mengaku prihatin, sebab di lokasi pengungsian terdapat bayi dan lansia yang sangat rentan.
“Mereka mengungsi karena takut setelah mendapat informasi tsunami. Saya harap masyarakat tetap tenang, tetap waspada, dan mengikuti informasi resmi dari BMKG. Jangan percaya informasi yang belum tentu benar,” imbaunya.
Di tengah ketidakpastian, Gorontalo menyimpan satu catatan kecil: bagaimana rasa takut mampu menyatukan langkah-langkah kecil menuju keselamatan. (gorontalopost)