FAJAR, GORONTALO — Di balik gempa yang mengguncang Rusia, terselip kisah penuh kecemasan dari pesisir selatan Gorontalo. Memaksa warga ramai-ramai meninggalkan rumah dan mengungsi ke bukit. Di antara mereka ada bayi dan lansia.
Rabu siang (30/7), langit di Kecamatan Bilato masih cerah, laut masih tampak tenang. Namun, ketenangan itu pecah ketika peringatan dini tsunami dari BMKG menyebar cepat melalui grup WhatsApp dan pengumuman aparat desa. Dalam informasi itu, wilayah Gorontalo disebut berpotensi terdampak gelombang tsunami, meskipun ketinggian air diperkirakan tak lebih dari setengah meter.
Bukan tinggi gelombang yang membuat panik, melainkan bayangan bencana dan trauma lama yang menyelinap diam-diam. Maka, ratusan warga dari desa-desa pesisir mulai bergerak. Mereka membawa serta anak-anak, pakaian, dan barang kebutuhan lainnya. Termasuk tenda dan alas seadanya.
Bukit-bukit pun kembali menjadi tempat perlindungan. Seperti dalam kisah-kisah lama tentang alam yang sedang murka.
“Dari pagi sudah ada informasi peringatan tsunami. Kami langsung bergerak, mencari tempat yang lebih tinggi,” ujar Suleman Thaib, warga Desa Lobuto. Ia dan keluarganya memilih mengungsi ke rumah kerabat yang letaknya lebih jauh dari bibir pantai.
Plt Camat Bilato, Sofyan Ali, membenarkan evakuasi massal ini. Menurutnya, langkah cepat dilakukan menyusul instruksi dari pemerintah kecamatan kepada desa-desa di pesisir.
“Sejumlah titik memang rawan, sehingga kami tidak ingin ambil risiko. Warga sudah diimbau untuk mengungsi sejak awal,” jelas Sofyan.