FAJAR, MAKASSAR — Timnas Indonesia U-23 baru saja menutup langkahnya di Piala AFF dengan kepala tertunduk. Harapan juara yang sejak awal dibawa, akhirnya pupus. Kekalahan ini menyisakan kekecewaan, bukan hanya bagi publik, tapi juga sang pelatih, Gerald Vanenburg.
Tak lama berselang, Vanenburg memilih mundur. Ia tidak melanjutkan kerja sama untuk menghadapi SEA Games 2025 di Thailand. Keputusan yang langsung membuat PSSI bergerak cepat. Ajang SEA Games bukan sekadar turnamen. Ia punya sejarah, nilai, dan prestise tersendiri bagi Indonesia. Apalagi, Indonesia datang sebagai juara bertahan.
Nama-nama pun mulai beredar. Salah satunya Indra Sjafri. Ia adalah sosok yang membawa medali emas pada edisi sebelumnya. Tapi entah kenapa, kali ini ia tak masuk dalam rencana Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Arah pencarian pun mengarah ke pelatih asing. Tapi bukan pelatih sembarangan. Ia harus paham seluk-beluk sepak bola Indonesia, tahu bagaimana mengelola talenta muda, dan tentu punya rekam jejak. Dan dari semua nama yang muncul, satu nama mencuat paling kuat: Bernardo Tavares, pelatih kepala PSM Makassar.
Masuknya nama Tavares langsung mengundang reaksi beragam. Suporter PSM Makassar bangga, karena pelatih yang selama ini mereka andalkan dipercaya untuk tugas nasional. Tapi di balik itu, ada kegelisahan. Tavares sudah sangat menyatu dengan tim. Ia bukan cuma pelatih, tapi juga pembina, perancang, dan penata fondasi PSM dari bawah.
Namun panggilan negara kadang memang tak bisa ditolak. Dan Tavares, dengan segala pertimbangannya, akhirnya menerima. Ia siap menakhodai Timnas U-23 menuju SEA Games.