“Pernikahan itu suci, tapi banyak yang terlalu dini menjalaninya tanpa persiapan. Akibatnya, anak-anak jadi korban gizi buruk dan stunting. Edukasi semacam ini sangat penting agar generasi muda tidak terjebak dalam keputusan yang tergesa-gesa,” jelasnya.
Materi sosialisasi mencakup berbagai aspek, mulai dari: Dampak psikologis, sosial, dan ekonomi akibat pernikahan usia dini; Hubungan erat antara pernikahan dini dan stunting; Peran keluarga dan remaja dalam memutus rantai stunting; dan Perspektif hukum tentang batas usia legal pernikahan dan konsekuensinya.
Sesi diskusi menjadi bagian yang paling dinamis dalam kegiatan tersebut. Para siswa terlibat aktif mengajukan pertanyaan dan menyampaikan opini. Salah satu siswa mengungkapkan pandangannya yang berubah setelah mengikuti kegiatan ini.
“Saya baru sadar kalau menikah muda itu bisa berdampak buruk, apalagi kalau belum siap. Sekarang saya ingin fokus sekolah dulu dan jadi dokter biar bisa bantu anak-anak yang mengalami stunting,” ucapnya dengan penuh semangat.
Kegiatan ini bukan sekadar program singkat, tapi diharapkan menjadi pemicu kesadaran jangka panjang bagi pelajar, keluarga, dan masyarakat. Mahasiswa KKN berharap pesan yang disampaikan akan terus bergema, membentuk budaya baru yang lebih bijak dalam mempersiapkan kehidupan rumah tangga, dan pada akhirnya melahirkan generasi Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas. (*)