Terkait jumlah penerima, Febby menyebutkan bahwa terjadi pengurangan jumlah secara nasional dari sebelumnya 22 juta menjadi 18,3 juta penerima bantuan pangan.
“Kami ditugaskan menyalurkan bantuan pangan kepada 18,3 juta keluarga penerima manfaat di seluruh Indonesia, dengan target penyelesaian hingga pertengahan Agustus,” tuturnya.
Untuk wilayah Sulawesi Selatan sendiri, realisasi penyaluran sudah mencapai 90 persen. Febby menyebutkan, Bulog menyalurkan sebanyak 180 ribu ton beras per bulan secara nasional dalam satu alokasi, sehingga selama dua bulan total beras yang disalurkan mencapai 360 ribu ton.
“Setiap penerima bantuan mendapatkan 20 kg beras dalam satu waktu, yang seharusnya dibagi 10 kg per bulan. Namun dalam praktiknya, langsung disalurkan sekaligus 20 kg agar lebih efisien dan cepat tersalur,” jelasnya.
Dalam kunjungan ke pasar, Febby memastikan bahwa beras SPHP tetap tersedia dan dijual dengan harga maksimal Rp12.500 per kilogram.
Ia mengapresiasi pedagang yang telah mengikuti aturan pemerintah, seperti membatasi pembelian maksimal dua pack per orang dan tidak menjual dalam bentuk eceran per liter.
“Ini penting untuk menghindari penumpukan dan mencegah praktik penimbunan. Kami juga sudah menginstruksikan ke seluruh wilayah agar harga tetap sesuai HET dan distribusi berjalan tertib,” ungkapnya.
Meski demikian, Febby mengakui masih ada kendala di lapangan, seperti masyarakat yang tidak mampu membeli dalam ukuran 5 kg sehingga menginginkan pembelian secara literan.
“Kami minta ini juga jadi perhatian. Karena distribusi dan ongkos angkut membuat beberapa harga beras non-SPHP menjadi jauh lebih mahal dari HET,” katanya.