Dr. Sahril, M.Hum, yang juga dikukuhkan sebagai guru besar, memaparkan gagasannya tentang penguatan motivasi belajar mahasiswa melalui pembelajaran metodologi riset Bahasa Inggris.
Ia menggabungkan teori Flow dan L2 Motivational Self System (L2MSS) dalam kerangka pengajaran. Tujuannya adalah menciptakan suasana belajar yang tidak hanya mentransfer ilmu.
“Ini juga menumbuhkan motivasi dan kemandirian mahasiswa secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Prof. Dr. Juanda, S.Pd., M.Hum membahas keterkaitan antara sastra, ekokritik, dan kecerdasan buatan dalam membangun pendidikan karakter di era digital. Ia mengingatkan pentingnya literasi kritis dalam menghadapi penetrasi AI dalam pendidikan.
“Kecanggihan AI harus diimbangi dengan pemahaman etis dan humanistik agar mahasiswa tidak kehilangan kemampuan berpikir reflektif dan mandiri,” katanya.
Guru besar lainnya, Prof. Dr. Azis, S.Pd., M.Pd mengangkat isu pentingnya memahami komunikasi verbal dan nonverbal dalam kehidupan sosial. Ia menegaskan bahwa kesantunan, kejujuran, dan ketepatan berbahasa adalah kunci dalam menjaga harmoni antarindividu.
“Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sarana membangun nilai sosial dan budaya dalam masyarakat,” ucapnya.
Adapun Prof. Sultan Baa, PhD, menyoroti pelaksanaan Content-Based Language Teaching (CBLT) atau pengajaran bahasa berbasis konten dalam sekolah negeri di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan Bahasa Inggris untuk mengajarkan mata pelajaran seperti Matematika dan Sains harus didukung oleh kesiapan guru yang bilingual.