English English Indonesian Indonesian
oleh

UNM Kukuhkan Enam Guru Besar Bahasa dan Sastra

Masyarakat akademik diharapkan tidak hanya melihat bahasa sebagai alat komunikasi, tapi sebagai kunci untuk membentuk pemikiran kritis, karakter, dan identitas bangsa.

Ia mengakui jika Tantangan-tantangan seperti politisasi bahasa, disrupsi teknologi, hingga krisis literasi harus dihadapi dengan cara yang adaptif dan reflektif.

“Dengan dikukuhkannya enam guru besar ini, UNM semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat pengembangan ilmu bahasa dan sastra yang responsif terhadap tantangan global,” ucapnya.

Apalagi kata Prof Karta, Kontribusi akademik mereka menjadi inspirasi bagi generasi pendidik dan peneliti berikutnya.

Salah satu guru besar yang dikukuhkan, Prof. Dr. Sukardi Weda mengangkat tema “Politik dan Rekayasa Bahasa”. Ia menekankan bahwa Bahasa Indonesia tak lepas dari fungsi politis yang kerap dimanfaatkan oleh elit politik dan birokrasi dalam menjaga kekuasaan.

“Manipulasi bahasa adalah hal yang sulit dihindari karena manusia sendiri adalah makhluk politik, yang menggunakan bahasa untuk membentuk opini, narasi, dan kekuasaan,” ucapnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Drs. Abdullah, M.Hum menyoroti pendekatan autoetnografi dalam pembelajaran Bahasa Inggris di perguruan tinggi.

Ia menjelaskan jika melalui pengalaman pribadi yang direfleksikan secara kritis, autoetnografi memberikan pemahaman lebih dalam tentang bagaimana mahasiswa dan dosen menghadapi tantangan belajar dan mengajar bahasa Inggris.

“Metode ini membuka ruang untuk menggali dinamika sosial dan kultural yang menyertai proses pembelajaran,” ucapnya.

News Feed