FAJAR, MAKASSAR — Upaya menghidupkan transportasi udara terus menemui jalan buntu. Skema subsidi pemerintah tidak berkelanjutan. Subsidi dianggap bukan solusi permanen.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) memutuskan tidak akan lagi mensubsidi penerbangan di Bandara Toraja. Diketahui, tiga rute penerbangan komersil dari dan ke Bandara Buntu Kuni, Mengkendek, Tana Toraja resmi dihentikan per Juli tahun ini.
Rute Toraja–Makassar, Toraja–Manado, dan Toraja-Balikpapan ditutup akibat penumpang yang sepi. Subsidi dari pemerintah tidak cukup mengakomodasi dengan penuh sehingga tidak lagi mampu menyelamatkan operasional di sana.
Sekretaris Provinsi Sulsel Jufri Rahman menyoroti tingginya biaya operasional bandara di daerah yang terus-menerus bergantung pada subsidi pemerintah. Jufri mempertanyakan efektivitas kehadiran bandara jika tidak mampu mandiri secara finansial. Ia menyebut rute penerbangan di suatu bandara yang terus-menerus disubsidi tergolong tidak sehat.
“Kalau selalu menggantungkan pada subsidi, kayak tong begini, buka warung, mana lebih baik kau tutup warungmu dari pada selalu meminjam uang dari orang untuk menghidupkan warung,” ujar Jufri, Senin, 28 Juli 2025.
Kata Jufri, transportasi darat seperti bus lebih diminati masyarakat yang bakal bepergian ke Toraja. Bahkan, justru lebih efisien dan nyaman bagi masyarakat di beberapa rute.“Naik bus sampai sana lebih
murah dan nyaman,” ujarnya.
Jufri mengakui bahwa tahun ini masih ada alokasi subsidi penerbangan dari pemerintah, namun tidak semua rute bisa terbantu. Pemprov Sulsel telah menganggarkan Rp21 miliar untuk subsidi penerbangan pada tahun 2025. Alokasi itu untuk menyasar lima rute penerbangan, yakni Makassar-Selayar, Makassar-Bone, Bone-Kendari, Makassar-Masamba, dan Masamba-Sorowako.