MAKASSAR, FAJAR – Persaingan penjaga gawang PSM Makassar musim depan akan sangat ketat. Tiga kiper dengan kualitas terbaik.
PARA kiper berkaliber nasional itu memiliki kemampuan di atas rata-rata. Mereka memiliki pengalaman mumpuni. Reza Arya Pratama, Hilman Syah, dan Muhammad Ardiansyah.
Mereka bukan sekadar pelengkap di bawah mistar gawang, tetapi ibarat nyawa yang terus berdetak di belakang jantung pertahanan. Tugas tidak sekadar menghalau bola yang akan menjebol jala.
Lebih dari itu, mereka juga akan berperan untuk membangun build up dari lini belakang. Skema yang disenangi allenatore Bernardo Tavares selama ini.
Soal pengalaman, Hilman tentu lebih awal mencicipi tantangan yang lebih besar. Sejak 2017, dia sudah berkostum PSM, tim profesional pertama dalam karier sepak bolanya.
Dia pernah menjadi kiper utama Pasukan Ramang pada musim 2020 dan 2021. Saat itu, Reza masih menjadi pelapisnya. Kemudian pada 2022 dia menentukan langkah petualangan baru bersama RANS Nusantara. Namun ke mana pun berpacu, pria kelahiran Jeneponto itu akhirnya pulang juga ke PSM musim lalu.
Kemampuannya tidak berkurang, pengalamannya tidak luntur, namun roda terus berputar dan kondisi harus menempatkan dia kembali menjadi orang nomor dua.
Reza Arya berperan sebagai figur utama. Namun ketika Reza cedera, Hilman kembali memukau. Satu musim, 17 penampilan, delapan clean sheet.
Kini, persaingan kian ketat ketika Reza kembali merumput. Kompatriot Maarten Paes itu berhasil merebut kembali takhtanya sebagai kiper utama PSM. Tampil dalam 22 pertandingan, enam clean sheet, namun jebol 25 kali.
Itu tidak buruk, sebab dia menjadi pilar penting dalam membawa PSM bersaing hingga finish enam besar.
Perjalanan Reza tentu tidak instan. Dia lahir dari rahim PPLP Sulsel. Sejak belia, dia sudah bergabung dengan akademi PSM.
Pada 1 Januari 2017 menjadi langkah awal dia meniti karier menjanjikan. Kemudian 2019, dia naik ke tim utama sebagai kiper kelima, di belakang Rivky Mokodompit, Syaiful, Hilmansyah, dan Hery Prasetyo.
Setahun berselang, posisinya naik satu tingkat. Orang keempat di belakang Miswar, Syaiful, dan Hilmansyah. Namun pada 2021, dia melejit ke tingkat kedua, melewati Rivky Mokodompit.
Nama Baru
Di belakang Reza, muncul nama Ardiansyah, yang mulai menjanjikan di akademi PSM. Sejak saat itu, Reza terus konsisten hingga pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, kepincut menggunakan jasanya.
Di timnas, saingannya kelas berat. Maarten Paes, Emil Audero, Ernando Ari Sutaryadi, juga Nadeo Argawinata. Semua berpengalaman, baik di klub masing-nasing, maupun di timnas sendiri. Namun begitu, itu bukan jaminan posisinya aman di PSM musim depan.
Sebab, ada nama Muhammad Ardiansyah yang sedang naik daun. Pemuda yang akrab disapa Ian itu memang bukan pemeran utama, dia juga bukan pangeran yang selalu mendapat perlakuan khusus.
Dia bekerja keras, bersaing, dan menunjukkan kualitasnya memang layak untuk menjadi yang pertama.
Di bawah besutan Bernardo Tavares, Ardiansyah mulai mendapat tempat.
Musim lalu, dia tampil empat kali, jebol empat gol, namun mencatatkan sekali clean sheet. Modal itu sudah cukup untuk membuat pelatih Timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg, jatuh cinta padanya. Tanpa pengalaman di tim nasional kelompok usia, tetapi dia langsung hadir sebagai orang nomor satu.
Nama Cahya Supriadi dan Daffa Fasya yang sebelumnya selalu menjadi andalan, kini harus rela diparkir di bangku cadangan. Tetapi, pertaruhan Vanenburg terjawab. Dari empat pertandingan, Ardiansyah hanya sekali jebol (di luar adu penalti).
Bahkan saat adu penalti di babak semifinal, dia melakukan satu save. Hasilnya, dia diganjar man of the match dan mengantarkan Indonesia ke final Piala AFF U-23.
Manajemen Bangga
Manajemen Pasukan Ramang merespons kesuksesan Ardiansyah dengan bangga. Media Officer (MO) PSM Makassar, Sulaiman Abdul Karim mengaku bahwa manajemen memang melihat potensi bintang dalam diri Ardiansyah.
”Ian sebenarnya sudah punya potensi sejak lama. Hanya baru kali ini mendapat kesempatan di timnas,” kata dia kepada FAJAR.
Pria yang akrab dengan sapaan Sule itu yakin betul, aset berharga PSM itu bisa berkembang lebih baik. Dia tidak sekadar lahir dengan bakat, namun terasah oleh kerja keras. Itu sebabnya, insting Ardiansyah tajam, gerakannya tepat, keputusannya krusial.
”Kami sangat yakin keduanya (Ardiansyah dan Dethan) memang layak mendapat kesempatan ini. Bukan karena diistimewakan, tetapi karena kerja keras mereka selama ini,” kata Sule.
Penjaga Gawang
Masa Depan
Kebanggaan itu tidak hanya datang dari manajemen. Masyarakat dan suporter juga sama, antusias menyambut persaingan ketat ini. Bahkan anggota Komunitas VIP Utara (KVU), Sulyadi Abbas, meyakini Ardiansyah bisa menjadi kiper masa depan PSM dan Timnas Indonesia.
Akan tetapi, satu kompetisi saja belum cukup untuk pembuktian. Pemuda asal Bulukumba itu butuh lebih banyak tempat dan waktu untuk mencapai puncak performanya, baik di liga mau pun bersama Garuda Muda.
“Baru kali ini PSM punya kiper dengan kualitas di atas rata-rata semua. Tidak ada yang flop, tidak ada yang drop, semuanya on fire dan ini bagus untuk masa depan PSM, juga sepak bola Indonesia,” kata dia.
Memang benar, rasa-rasanya tak ada tempat untuk meragukan ketiganya. Kematangan, ketenangan, timing yang pas, dan gerakan yang tepat, semua ada dalam diri tiga kiper PSM.
Pekerjaan selanjutnya hanyalah chemistry. Ini tugas tim pelatih, mereka harus mampu membuat timnya kompak dan solid di Super League musim depan.
“Saya yakin di bawah asuhan Benardo Tavares, mereka bisa berkembang lebih baik. Tentu evaluasi dibutuhkan. Tetapi modal utama sudah ada. Sisanya, chemistry dan kompak saja,” tutup Adit, sapaan akrabnya. (wid/zuk)
PROFIL PARA
PENJAGA GAWANG
Reza Arya Pratama
TTL: Parepare, 18 Mei 2000
Usia: 25 tahun
Tinggi: 1,88 m
Tim: PSM dan Timnas
Gabung PSM: 2019
Hilmansyah
TTL: Jeneponto, 25 Mei 1997
Usia: 28 tahun
Tinggi: 1,83 m
Klub: PSM-Rans FC, PSM
Gabung PSM: 2017
Muhammad Ardiansyah
TTL: Makassar, 28 Maret 2003
Usia: 22 tahun
Tinggi: 1,87 m
Tim: PSM dan Timnas U-23
Gabung PSM: 2021