English English Indonesian Indonesian
oleh

“Negara Cuma Bisa Kentut”: Tere Liye Geram, Ijazah Palsu Ramai, Hak Penulis Dibiarkan

FAJAR, JAKARTA — Di tengah riuh kampanye nasionalisme dan penegakan hukum, penulis laris Tere Liye menyuarakan kegelisahan yang menusuk. Bukan lewat fiksi, tapi lewat sebuah unggahan pribadi yang menggugah perhatian publik. Dengan nada getir, ia mempertanyakan apa sebenarnya kontribusi negara terhadap profesinya sebagai penulis.

Unggahan itu makin menyita perhatian karena disertai foto Luhut Binsar Pandjaitan. Sang Menko Marves yang saat itu tengah membahas isu ijazah palsu. Sebuah ironi yang jelas ingin disampaikan oleh Tere Liye: ketika pejabat negara sibuk menepis isu ijazah, nasib perlindungan terhadap pekerja kreatif justru terabaikan.

“Kalian, dan keluarga kalian mah enak,” tulis Tere Liye membuka status panjangnya. Ia menyindir kelompok tertentu yang mendapat banyak kemudahan dari negara. “Negara baik sekali loh ke kalian. Banget. Sekolah kedinasan. Lulus kerja jadi aparat, bahkan seragam pun dibayarin negara. Dan semua kesempatan dong.”

Menurutnya, kelompok ini bukan hanya mendapat akses dan perlindungan penuh, tetapi juga stabilitas hidup yang sering kali tak sejalan dengan gaji resmi mereka. “Gaji cuma segitu, aset dll saat kalian usia 40, 50-an sudah bukan main deh, bukankah begitu?”

Sementara itu, sebagai penulis, Tere Liye mengaku berjuang sendirian. Ia merasa tak pernah benar-benar mendapatkan dukungan negara. “Saya sebagai penulis, saya bertanya-tanya sampai detik ini: apa sih kontribusi negara ke saya? Saya berjuang dengan pekerjaan saya, negara tidak membantu.”

Ia mencontohkan ironi lain: buku-bukunya yang laris justru menjadi sasaran pembajakan massal. Namun negara, kata dia, tak melakukan perlindungan apa-apa. “Giliran saya minta dilindungi karyanya, jutaan buku Tere Liye dijual bajakannya per tahun, eeh, negara cuma bisa kentut. Tuuut.”

News Feed