Dalam berbagai rapat kabinet bersama Presiden Megawati, ia tak gentar menyuarakan penolakan. “Obligor baru bisa mendapat SKL bila seluruh utangnya benar-benar masuk ke kas negara,” tegasnya dalam kesaksian di Pengadilan Tipikor, 2018.
Namun perjuangan itu tidak mudah. Ia mengakui akhirnya kalah dalam tekanan politik yang ia sebut sebagai “total football” — istilah pinjaman dari dunia sepak bola untuk menggambarkan semua posisi menyerangnya dibungkam serentak.
“Akhirnya saya hanya bisa diam. Semua menteri berbicara bertubi-tubi. Saya tak punya ruang. Rapat pun ditutup dengan ‘ya’ dari Presiden Megawati,” kenang Kwik.
Warisan Moral yang Tak Lekang
Kwik bukan ekonom biasa. Ia adalah pengingat keras bahwa logika kekuasaan tak boleh mengalahkan akal sehat dan kepentingan publik. Meski kalah suara di ruang sidang, ia menang di mata sejarah.
Kini, Indonesia mungkin kembali berdebat tentang BLBI dan SKL, tapi nama Kwik Kian Gie akan selalu tercatat sebagai sosok yang berdiri sendirian dalam integritas, bahkan saat nyaris semua memilih diam. (*)