Dan pada Sabtu (26/7), Jokowi sendiri akhirnya angkat bicara di atas podium reuni. Sekitar 11 menit, ia menanggapi isu itu. Tanpa basa-basi, langsung pada intinya: tudingan palsu yang seolah tak pernah mati.
“Begitu ijazahnya sulit dicari-cari salahnya, belok ke skripsi. Skripsinya juga dibilang palsu. Diganti lagi ke KKN. Dari ijazah, ke skripsi, ke KKN,” ucap Jokowi di hadapan para alumni.
Ia menyebut nama dosen pembimbingnya: Prof. Dr. Ir. Ahmad Sumitro. Juga pengujinya: Ir. T Baharuddin dan Ir. Sofian Warsito. Semua nyata, semua ada. Tapi tetap diragukan.
“Kita juga KKN, tapi disuruh ingat-ingat detailnya… Itu 40 tahun lalu. Saya lulus 1985,” tambahnya.
Isu ini mungkin akan terus bergulir. Tapi ada hal yang lebih dalam dari sekadar keaslian selembar ijazah: luka batin karena identitasnya terus dipertanyakan, meski saksi dan fakta tak pernah habis.