Sudi Abdallah (Burundi)
Striker tajam dengan 10 caps dan 3 gol untuk negaranya. Diandalkan sebagai ujung tombak utama.
Persita Tangerang
Pablo Ganet (Guinea Khatulistiwa)
Gelandang kreatif yang pandai membangun serangan.
Tamirlan Kozubaev (Kirgizstan)
Bek tengah kokoh dengan 61 caps, tampil di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Borneo FC
Mohammad Husseini (Lebanon)
Meski baru mengoleksi 2 caps, ia rutin mendapat panggilan timnas.
Cédric Nduwarugira (Burundi)
Gelandang dengan 48 caps dan 6 gol, jadi motor permainan di lini tengah.
Bhayangkara FC
Fareed Sadat (Afghanistan)
Penyerang aktif di timnas yang punya naluri gol tinggi.
Andres Nieto (Kamboja)
Pemain serbabisa yang menjadi andalan lini tengah timnas Kamboja.
PSIM Yogyakarta
Rakhmatzoda (Tajikistan)
Pemain timnas Tajikistan yang menambah kekuatan lini belakang PSIM.
PSBS Biak
Kadu Monteiro (Angola)
Gelandang visioner dengan kemampuan membaca permainan yang kuat.
Dilirik Dunia
Hadirnya pemain-pemain aktif di timnas menjadi sinyal positif bagi perkembangan Super League. Mereka tak sekadar berlabel internasional, tapi benar-benar turun di laga resmi FIFA.
Hal ini diharapkan mampu mendorong performa pemain lokal sekaligus menjadikan Indonesia sebagai destinasi menarik bagi talenta luar negeri yang ingin berkembang di Asia.
Jika tren ini terus berlanjut, bukan tak mungkin Super League akan jadi magnet baru di kancah sepak bola regional.
Musim 2025/2026 pun diyakini menjadi titik awal era baru bagi sepak bola nasional – penuh aksi kelas dunia, kompetisi sengit, dan transformasi menuju liga profesional berstandar global. (*)