FAJAR, MAKASSAR — Tak ada jalan instan untuk menjadi nomor satu. Semua butuh proses. Butuh sabar, butuh tekad. Dan itulah yang ditunjukkan oleh Muhammad Ardiansyah, kiper muda asal Antang yang pelan tapi pasti menunjukkan bahwa dirinya pantas mendapat sorotan.
Nama Ardiansyah mulai mencuat, bukan saat ia mengenakan seragam PSM Makassar, melainkan ketika mengenakan lambang Garuda di dada. Bersama Timnas Indonesia U-23, Ardiansyah tampil heroik. Padahal di klubnya, ia bukan pilihan utama. Bahkan bisa dibilang, ia seringkali hanya jadi bayangan dari Reza Arya dan Hilmansyah. Dua kiper senior yang punya pengalaman segudang.
Reza adalah pahlawan di bawah mistar saat PSM meraih gelar Liga 1 musim 2022/2023. Sementara Hilmansyah, lebih dulu mencatatkan tinta emas bersama PSM dengan membawa pulang Piala Indonesia 2018/2019, sebelum sempat menjajal petualangan bersama Rans FC milik Raffi Ahmad.
Ardiansyah? Baru empat laga musim lalu. Empat kebobolan dan satu clean sheet dari 315 menit bermain. Angka yang membuat banyak orang tak memperhitungkannya. Bahkan saat masuk daftar seleksi Timnas U-23, banyak yang mengira namanya hanya sekadar pelengkap.
Berbeda dengan Victor Dethan, rekannya di PSM yang juga ikut seleksi yang nyaris pasti mendapat tempat berkat performa apik di klub dan timnas senior. Sinar Dethan terlalu terang, terlalu silau untuk disejajarkan.
Namun nasib punya jalan lain. Pelatih Timnas U-23, Gerald Vanenburg, melihat sesuatu yang tak tertulis di atas statistik. Bukan sekadar jam terbang yang dia cari. Tapi kerja keras, ketenangan, dan semangat tak kenal lelah yang ditunjukkan selama latihan.